Sabtu, 30 Juni 2012

5 PRINCIPLES TO BE LUCKY LIFE !?!


5 PRINCIPLES TO BE LUCKY LIFE !?!

Inspired by The 8 Years Research of Dr. Richard Wiseman
Enriched by Inspirational Work of Dr. Wayne Dyer
Perfected by The LoGOS Spirit
Ahmad Faiz Zainuddin
http://www.LoGOS.co.id

What is Luck?

Apakah yang dimaksud dengan “keberuntungan”? Keberuntungan menurut Dr. Richard Wiseman, “chance events tend to work out consistently in their favor”, atau "kebetulan yang terjadi secara konsisten untuk mendukung kita.", seperti:
  • Being in the right place on the right time (berada di tempat yang tepat di saat yang tepat).
  • Accidentally meet the right people who can help them in someway (tanpa sengaja bertemu orang-orang yang dapat menolong saat kita membutuhkan.
  • Seemingly the universe help them to make a Good Decision & Achieve Their Goals (Tuhan dan seluruh makhluknya menolong untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat).
The 5 Principles to Increase Your Luck

1. The Personality : Create, Notice & Act upon Opportunities
(Kepribadian: menciptakan, menyadari dan bertindak setiap ada kesempatan)
  • People oriented; membangun & memelihara jejaring keberuntungan.
  • Easy Going; bersikap “sersan”, serius tapi santai terhadap kehidupan.
  • Open minded; berpikiran terbuka pada hal-hal baru, orang-orang baru dan pengalaman-pengalaman baru.

2. The Decision Making : Based on Inspiration (rather than motivation)
Pengambilan keputusan: berdasarkan inspirasi daripada motivasi
  • Close Connection to The Source of Luck; menjalin hubungan yang erat dengan sumber keberuntungan (Tuhan)
  • Listen to their Intuition; selalu mendengarkan intuisi
  • Improve their intuition accuracy trough Meditation & Prayer; meningkatkan ketajaman intuisi dengan meditasi dan berdoa.

3. The Expectation : Powerful Positive Intention
Harapan: Selalu berfikiran positif terhadap segala sesuatu.
  • Always Expect Good Luck (Positive Toward God, Others & Situation); Selalu mengharap hasil yang baik (positif terhadap Tuhan, orang lain dan situasi)
  • Always Optimist & Perseverance; selalu optomis dan tekun.
  • Mengikuti hukum The Law of Attraction = Ask =>Believe => Receive

4. The Attitude : Turn Bad Luck into Good luck
Sikap: merubah kesialan menjadi keberuntungan. Selalu melihat sisi positif dari kesialan, karena;
  • Short term ill fortune = long term good fortune; musibah jangka pendek = berkah jangka panjang.
  • Do not dwell on their ill fortune; jangan terus menerus meratapi nasib malang
  • Take constructive steps to prevent more bad luck in the future; ambil langkah-langkah bersifat membangun untuk mencegah lebih banyak nasib malang di masa datang.

5. The Core Spirit : LoGOS Joyfully
  • The Core message of every religion; pesan utama dari setiap agama besar
  • The Core Quality of Every Great individuals; kualitas inti dari setiap tokoh besar
  • The Most Admired Character of Your Ideal Person; karakter yang paling Anda kagumi dari idola Anda.
Salam Lucky !!!

DEEP SEFT® by Ahamad Faiz Zainuddin, the Founder of SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique), LoGOS Institute Indonesia

DEEP SEFT® by Ahamad Faiz Zainuddin,
the Founder of SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique),
LoGOS Institute Indonesia
1. Get Connected - LoGOS Relaxation (R)
:: Langkah-Langkah
  1. Sambil tersenyum, pejamkan mata, sadarilah nafas Anda.
  2. Ucapkan dalam hati “Allah” “ﷲ” (atau apapun “PowerWord” anda) dalam tiap nafas Anda.
  3. Rasakan Cinta Kasih & Semua Anugerah-Nya pada Anda.
  4. Sampaikan Rasa Cinta & Syukur anda Pada-Nya.
  5. Kirimkan Energy Cinta & Syukur itu pada diri Anda sendiri dan semua orang.

:: Saran Pemakaian
Lakukan LoGOS Relaxation (R) selama 20 menit, 2 kali sehari. Dengan nafas seperti ini, Saat menarik nafas, bayangkan anda sedang menyerap energy ilahi ke dalam diri anda, saat menghembuskan nafas, anda sedang memancarkan energy ilahi ke lingkungan anda. Maka diri anda menjadi media Allah untuk menebar manfaat untuk umat manusia, “rahmatan lil ‘alamin” dan sebagai bonus, anda akan merasakan kedamaian hati dan kebahagiaan.
2. Get Clear - Gambaran Yang Jelas

:: Langkah
Tuliskan Apa Yang Benar-Benar Anda Inginkan.
:: Saran Pemakaian
Pastikan Jika Keinginan (Visi) Anda tercapai Akan Benar-Benar Membuat Anda dan Semua Orang Bahagia

3. Set Up
Kalimat “Set Up”
Yaa Tuhan, telah begitu banyak karunia yang Kau berikan padaKu hingga aku tidak sanggup menghitungnnya dan kini kau Karunia Aku Visi Ini,
untuk itu Aku bersyukur pada-Mu,
aku Mohon Bimbingan-Mu dan Keridhoan-Mu
4. Tune In
Bayangkan/Visualisasikan sejelas mungkin apa yang anda inginkan seakan-akan sudah tercapai SEKARANG. Rasakan Emosi Positif Sekuat Mungkin.
5. Instal
  1. Touch & Breath di 9 Titik SEFT.
  2. Tekan sambil terus bayangkan Visi anda, seraya ucapkan; "Yaa Allah Aku Bersyukur Pada-Mu, Mohon Bimbingan dan Keridhoan-Mu",
  3. Tarik nafas Panjang, Lepas Nafas Pelan-Pelan sambil Ucapkan, "Alhamdulillaaah..."
6. Stay Connected - LoGOS Centered Activity
“Sadari” apapun aktivitas Anda sebagai “Persembahan untuk Tuhan”. Ucapkan dalam hati:
“ﷲ” dalam tiap degupan jantung Anda. Tekadkan mulai saat ini, apapun yang kita lakukan,
Fikirkan dan rasakan adalah untuk mendekatkan diri pada Tuhan (loving GOD), memberi manfaat sebesar-besarnya pada sebanyak mungkin makhluk Tuhan (blessing others) dan untuk menjadi lebih baik setiap hari di tujuh dimensi (self improvement), serta melakukannya dengan kegembiraan (LoGOS Joyfully), hingga kita minta dalam kondisi yang terbaik, khusnul khatimah dalam pelukan cintaNya.
Dengan niat dan kesadaran seperti ini, semua aktivitas anda adalah ekspresi cinta pada-Nya, bernilai ibadah dan menjadi berkah buat sesama dan sekali lagi, sebagai bonus, anda akan merasakan kedamaian hati dan kebahagiaan. Esensi sikap “God Centered Activity” ini diekspresikan dengan sangat indah oleh mother Theresa dalam puisinya, “It is Between You and God”. (silahkan simak di buku SEFT di bagian “Catatan Akhir”).

Semoga Bermanfaat.

Jumat, 29 Juni 2012

Laba-laba Bukan Serangga


Laba-laba bukan serangga seperti lalat, semut, lebah, dan kupu-kupu. Laba-laba adalah arachnidea, bersama dengan kutu, tengu, kalajenging, dan ayak-ayak.

Laba-laba punya delapan kaki; serangga punya enam kaki. Laba-laba mempunyai dua bagian tubuh; serangga punya tiga bagian tubuh. Dan akhirnya, laba-laba tidak mempunyai sayap; kebanyakan serangga mempunyai sayap.

Kamis, 28 Juni 2012

Obrolan Sederhana dengan Pak Hamid


Pak Hamid di mataku orangnya sederhana, lelaki setengah baya yang berprofesi sebagai petani ini nyantri dan low profile. Saya merasa beruntung dapat bertemu dan kenal dengan beliaunya. Sawah pak Hamid tepat berada disebelah utara rumahku di Ds. Jelaru Banjarworo, sehingga kami sering ketemu walau hanya sekedar lepas senyum dan salam. 

Tadi pagi saat beliau saat akan mengambil air untuk menanam jagung kami sempat mengobrol sebentar. Obrolan ringan ala rakyat bawah, tentang tanaman jagung, padi, dami, tukang ngedos dan lain sebagainya.

Ada beberapa mutiara berkilauan yang dapat saya rajut manfaatnya dari obrolan kami pagi itu, pak Hamid bercerita tentang masa panen jagung dan padi. Era sekarang adalah era uang, semuanya orientasinya adalah uang begitu kira-kira maksud perkataannya. Sampai-sampai petani panen sekarang bukan hanya jagungnya maupun biji-biji padinya. Tebon maupun daminya sekarang pun bernilai rupiah. Sedang zaman dulu biasanya para tetangga bisa mengambilnya tanpa melibatkan sepeser rupiah pun guna memberi makan ternak-ternak mereka.

Namun tidak bagi pak Hamid, di era yang uang  seakan sudah menjadi Tuhan, beliau dengan lembah manah, rela hati saat panen jagung membagi kebahagiaan panennya dengan orang-orang yang membutuhkan tebonnya. Jika dikalkulasi tebon tersebut tidak kurang dari 2 juta rupiah. Prinsip pak Hamid cukup sederhana sekali, beliau bilang "Lha iyo aku wis diparingi rezeki Gusti Allah kanti panen jagung mosok kok yo sak klaras-klarase tak dol cah" ("Saya telah diberi rezeki oleh Allah dengan panen jagung masak sampah-sampahnya juga saya jual") begitu katanya.

Pak Hamid dengan segala kesederhanaannya ternyata telah mampu menerapkan prinsip God Center dalam kehidupannya. Sehingga  beliau dengan rela hati mau berbagi kebahagiaan terhadap sesama makhuk Tuhan, seorang pulang dengan membawa seikat tebon untuk sapi-sapinya dirumah adalah wujud dari sebuah kebahagiaan yang sangat sederhana. Salam sederhana dan salam bahagia.

Liburan Jalan-Jalan Bangilan-Cepu

Musim liburan telah tiba, untuk mengisi waktu luang dari kesibukan sehari-hari yang kadang juga tidak sibuk kami dari team kluyuran dadakan melakukan perjalanan motor dengan rute dari Bangilan ke arah Kec. Senori lalu naik tanjakan Banyuurip. Di tengah hutan tepat dipinggir jalan raya kami ambil gambar bersama dengan latar belakang pohon yang bertuliskan lafadz Allah. Melihat dari model dan bentuknya tulisan itu adalah hasil dari kreasi anak-anak penggembala sapi yang ada di sekitar hutan tersebut.

Selasa, 19 Juni 2012

Membenarkan Peristiwa Isra' dan Mi'raj


Isra’ adalah perjalanan yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama Malaikat Jibril pada malam hari dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina. Perjalanan sejauh ini ditempuh oleh beliau dengan mengendarai Buraq, sejenis hewan yang berwarna putih, panjang, ukurannya lebih besar daripada keledai dan lebih kecil daripada baghl (peranakan kuda dengan keledai). Dengan kekuasaan Allah Ta’ala, hewan ini mampu melangkahkan kakinya sejauh mata memandang.
Adapun mi’raj adalah peristiwa naiknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari bumi menuju Sidratul Muntaha, untuk kemudian berjumpa dengan Allah Yang Maha Tinggi dan menerima kewajiban shalat lima waktu sehari semalam.

Tentang kejadian Isra' Mi'raj ini terjadi sekitar tahun ke 10 kenabian, yaitu setelah Nabi Muhammad SAW, tertimpa masa kesedihan yang mendalam, beliau ditinggal wafat oleh orang-orang terkasihnya sekaligus pelindungnya dalam berdakwah yaitu istrinya Siti Khadijah dan pamannya Abu Thalib. Tahun itu juga sering disebut sebagai "amul Huzni". 
Isra' Mi'raj adalah termasuk salah satu dari tanda kenabian, karena dalam peristiwa ini mengandung kemu'jizatan Rosulullah SAW. Banyak masyarakat kala itu yang meragukan peristiwa agung ini, sehingga tidak sedikit orang-orang yang imannya setengah-setengah akhirnya goyah imannya terprovokasi oleh kaum kafir. 
Memang rangkaian peristiwa isra' mi'raj diluar jangkauan akal manusia, sehingga tidak heran jika banyak yang meragukannya, namun lihatlah apa yang dikatakan oleh Abu Bakar,"Demi Allah, jika itu yang Muhammad katakan, sesungguhnya ia berkata benar. Apa yang aneh bagi kalian ? Demi Allah, sesungguhnya ia berkata kepadaku bahwa telah datang kepadanya wahyu dari langit ke bumi hanya dalam waktu sesaat pada waktu malam atau sesaat pada waktu siang dan aku mempercayainya. Inilah puncak keheranan kalian ?"

Kemudian Abu bakar mendatangi Rosulullah dan meminta beliau bercerita tentang ciri-ciri Baitul Maqdis. Setelah Rosulullah seleai bercerita lalu Abu Bakar berkata, "Engkau berkata benar. Aku bersaksi engkau adalah utusan Allah". Rosulullah SAW. menjawab, "Engkau Abu Bakar adalah Ash-Shiddiq".

Lalu bagaimana kita hari ini ? bagaimana sikap kita terhadap seluruh ajaran Islam ? apakah kita masih meragukannya ataukah kita mempercayainya sebagaimana sikap Sahabat Abu Bakar ?

Minggu, 17 Juni 2012

Niat Menuntut Ilmu


Menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim laki-laki maupun perempuan, namun di era sekarang ini kita kesulitan mendapati orang yang benar-benar menuntut ilmu, lho apa tidak salah ? sekarang kan banyak anak-anak sama sekolah, mulai dari usia tiga tahun sudah ada yang namanya play group kemudian dilanjutkan TK nol kecil, TK nol besar dan bahkan pemerintah mendorong para generasi muda untuk sekolah sehingga dicanangkan Wajar 9 tahun.  Tidak cukup disitu sekarang perguruan-perguruan tinggi pun telah menyebar disekitar kita. Kalau dulu kalau mau kuliah harus pergi ke kota-kota besar sekarang hampir diseluruh kota Kaupaten dan Kecamatan sudah ada yang namanya perkuliahan. Jadi semua orang sekarang sama berlomba-lomba untuk sekolah kan ?

Ya di situlah masalahnya, orang-orang sekarang sama berlomba-lomba sekolah yang tinggi, biar dapat gelar sarjana, biar menjadi pegawai, biar dapat macem-macemlah, intinya sekolah sekarang orientasinya bukan lagi untuk menuntut ilmu tapi hanya sekedar memenuhi kebutuhan pasar dunia. Sedang para ulama-ilama sepuh kita mengajarkan agar kita dalam menuntut ilmu itu bukan sekedar untuk mengejar urusan dunia tapi semata-mata memenuhi kewajiban kita sebagai hamba Allah, menuntut ilmu adalah wujud ibadah kita, walau tidak dipugkiri keidupan dunia mengharuskan kita untuk itu, tetapi secara filosofis tentu itu tidak bijak menuntut ilmu hanya untuk memenuhi keangkuhan dunia. Coba perhatikan niat menuntut ilmu warisan para sesepuh kita dibawah ini :

Niat Menuntut Ilmu :

1.      Mencari ridho Allah
2.      Mendapat Darul Akhiroh (surga)
3.      Izalatul jahli (menghilang kan kebodohan)
4.      Ibqo’ul Islam (menegakkan agama islam)
5.      Ihya' Uddin (menghidupkan agama)
6.   As Sukr 'Ala ni'matil Aql wa sihhatil badani (Bersyukur atas ni’mat akal dan sehatnya badan)

Tidakkah kita merasa tersindir dengan wejangan diatas ? dan masihkah kita menuntut ilmu hanya sekedar, tanpa berniat dengan apa yang telah digariskan oleh sesepuh kita ?

Sumonggo dipun galih sesarengan !!!

Apa Kabar Imanmu Hari ini ?

Apa kabar imanmu hari ini ?
Saat dunia telah melenakan mata
Kejahatan dekat dengan sekeliling kita
Kemaksiatan riuh merajalela

Apa kabar imanmu hari ini ?
Tiada tempat untuk berlindung
Tiada ruang untuk bernaung
Dari setan-setan
Yang bertopeng modernitas
Bersolek kemajuan zaman

Apa kabar imanmu hari ini ?
Mari berdoa
Mari bermunajat
Mari beristighfar

"Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi maha Mengatahui dari godaan setan yang terkutuk"




Rabu, 06 Juni 2012

Indonesia Surga Toleransi

Oleh : KH. Hasyim Muzadi
Di mana di punggung bumi ini ada negara yang demikian toleran sehingga umat dari beragam agama bisa hidup berdampingan seperti di Indonesia?


Nahdlatul Ulama (NU) dan para penganut mazhab ahlusunnah waljamaah (aswaja) mengenalnya dengan istilah “tasamuh“ dan masyarakat Indonesia kebanyakan memaknainya dengan istilah “toleransi“.

Di kalangan NU, bersifat dan bersikap tasamuh bukan semata pilihan organisasi, tetapi sudah menjadi “laku“ yang melekat dalam kehidupan umat sehari-hari. Sifat tasamuh dalam bermuamalah dijadikan landasan. Bahkan, ketika teks-teks keagamaan mengenai muamalah tumbuh dalam praksis kemasyarakatan, sikap tasamuh didahulukan dibanding sikap-sikap positif lainnya.

Begitu kuatnya sikap tasamuh itu dalam praktik kehidupan sehari-hari, hingga muncul kesan seolah-olah mereka yang bersikap tasamuh sama dengan bersikap abu-abu alias tidak jelas.

Padahal, di situlah inti kehidupan. Ajaran Islam bisa diterima, salah satu sebabnya karena mampu berinteraksi dengan lingkungan secara damai. Istilahnya, berakulturasi dengan sehat. Bukan karena meyakini suatu kebenaran lalu menutup pintu munculnya tafsir berbeda atas kebenaran tersebut. Islam, karena itu, amat kuat menjunjung sikap tasamuh agar dapat menjadi solusi dan alternatif.

Demikian juga yang terjadi di tengah-tengah kita. Begitu biasanya bangsa ini bersifat tasamuh, hingga bermacam-macam “ideologi“ boleh tumbuh dan berkembang di negeri ini dengan bebas.

Namun begitu, ketika berkaitan dengan urusan prinsip, seperti masalah akidah keyakinan atau hal-hal yang mengancam konstitusi, maka bersikap toleransi dalam keyakinan dan pandangan menjadi tidak pada tempatnya. Ketika Orde Reformasi bergulir, keran kebebasan terbuka lebar sehingga beragam ideologi juga bebas masuk.

Situasi ini membuat Indonesia seperti pasar bebas yang kaya akan pilihan. Namun belakangan, karena sifatnya yang tidak tasamuh dan rigid serta terus mengklaim kebenaran hanya datang dari “pihaknya”, maka paham transnasional yang datang bergelombang sejak era reformasi, telah menyebabkan keresahan di beberapa daerah.

Kalau sebatas menyampaikan ajakan, tidak menjadi masalah. Urusan berubah menjadi masalah karena mereka mengusung ajaran yang menyebut keyakinan “penduduk“ asli sebagai ajaran sesat. Mereka bahkan menyediakan neraka bagi yang berada di pihak lain.

Dalam beberapa kasus, mereka malah mencaplok masjid yang sudah sekian lama menjadi tempat berbadah penduduk asli mazhab tasamuh. Mengambil sebagian ajaran Islam dan memasukkan ajaran lain yang bukan dari Islam. Tindakan semacam ini yang lantas mengganggu harmoni sosial yang sudah biasa bertasamuh.

Di satu-dua daerah, pemaksaan keyakinan dan kebenaran ini memunculkan aksi membela diri yang kadang berbau kekerasan. Ahmadiyah salah satu contoh dan GKI Yasmin, Bogor, contoh lainnya.

Begitulah kehidupan penuh toleransi itu berlangsung selama ratusan tahun. Paling kurang, ada beberapa agama yang mendapatkan pengakuan negara. Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, dan belakangan Kong Huchu, adalah contohnya.

Kalau demikian, di mana di punggung bumi ini ada negara yang demikian toleran sehingga umat dari beragam agama bisa hidup berdampingan? Jangan hanya gara-gara kasus Ahmadiyah dan GKI Yasmin, para kolonialis mengutuk kita negara yang intoleran dalam beragama.

Menjadi tidak beralasan jika sidang PBB di Jenewa, Swiss, lantas menuding Indonesia sebagai tidak toleran dalam praktik keberagamaan sehari-hari. Sebenarnya, tahukah mereka tentang toleransi di Indonesia? Tahu apa mereka soal Ahmadiyah di Indonesia dan kasus GKI Yasmin?

Penulis sungguh sangat menyayangkan tuduhan intoleransi agama di Indonesia. Pembahasan di forum dunia itu, pasti karena ada laporan dari dalam negeri Indonesia. Selama berkeliling dunia, penulis belum bertemu negara Muslim setoleran Indonesia.

Bagaimana bisa mereka mengukur kehidupan keagamaan kita sementara mereka menggunakan ukuran yang tidak pas dan bahkan menyiapkan ukuran dengan desain mereka sendiri. Oleh sebab itu, penting dipertanyakan ukuran intoleransi beragama yang dituduhkan oleh peserta sidang PBB di Jenewa Swiss.

Kalau ukuran yang dipakai semata masalah Ahmadiyah, memang sejatinya Ahmadiyah sendiri telah menyimpang dari pokok ajaran Islam. Namun, mereka selalu menggunakan stempel Islam dan berorientasi politik Barat. Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri pasti tidak dipersoalkan oleh umat Islam Indonesia.

Sementara kasus GKI Yasmin Bogor, Jawa Barat, juga tidak bisa dijadikan ukuran Indonesia intoleransi beragama. Penulis berkali-kali berkunjung ke lokasi (GKI Yasmin), namun tampaknya mereka memang tidak ingin masalahnya selesai. Mereka lebih suka Yasmin jadi masalah nasional dan dunia daripada masalahnya selesai.

Kalau ukurannya pendirian gereja, faktornya adalah lingkungan. Di Jawa pendirian gereja sulit, tapi di Kupang (Batuplat) pendirian masjid juga sangat sulit. Belum lagi pendirian masjid di Papua.

Jika yang dijadikan ukuran adalah protes konser Lady Gaga dan feminis Irsyad Manji, maka tidak ada bangsa di dunia ini yang mau tata nilainya dirusak orang lain.

Tidak ada bangsa manapun yang ingin tata nilainya dirusak, kecuali mereka yang ingin menjual bangsanya sendiri untuk kebanggaan intelektualisme kosong.

Kalau ukurannya HAM di Papua, mengapa TNI, Polri, dan imam masjid berguguran tidak ada yang bicara HAM?

Indonesia lebih baik toleransinya ketimbang Swiss yang tidak memperbolehkan pendirian menara masjid. Indonesia lebih baik dari Prancis yang terus mengurus jilbab, dan lebih baik dari Denmark, Swedia, dan Norwegia yang tak menghormati agama karena di sana ada UU perkawiman sejenis.

Agama mana yang memperkenankan perkawinan sejenis? Akhirnya kembali kepada bangsa Indonesia dan kaum Muslimin sendiri yang harus sadar dan tegas, membedakan mana HAM yang benar humanisme dan mana yang sekadar Westernisme?

Sungguh disayangkan penilaian sejumlah delegasi negara anggota Dewan HAM PBB yang menyebut Indonesia intoleran dalam beragama dalam sidang tinjauan periodik universal II (Universal Periodic Review UPR) di Jenewa, Swiss.  

Wallaahu a'lamu bish-showaab.[]

*REPUBLIKA (edisi cetak Ahad 3/6/12)

Komentar :
Saya sangat setuju dengan pandangan Mbah Hasyim Muzadi yang notabenenya adalah seorang Ulama  kenamaan NU. Semoga kita semua bisa meniru apa yang menjadi pandangan beliau ini, karena pada dasarnya memang seperti itu, tahu apa orang-orang yang tergabung dalam Dewan HAM PBB tentang toleransi, tentang kebebasan, bahkan tentang hak asasi manusia itu sendiri. Mereka selalu menerapkan standar ganda terhadap umat Islam di dunia ini. Benar apa yang telah didawuhkan KH. Hasyim Muzadi jika TNI, Polri, Kyai berguguran di Papua para pegiat HAM diam seribu bahasa, tapi jika kepentingan mereka terusik sedikit saja, mereka akan berteriak-teriak tentang HAM, toleransi, dan dengan segala tetek-bengeknya. Kagum buat Mbah Hasyim...Bersambung...!!!

Selasa, 05 Juni 2012

Tumbuhkan kreativitas melalui kegiatan menggunting, menempel, dan menyobek


Pada tahapan ini, anak sedang mengembangkan kemampuan motorik halusnya. Kegiatan-kegiatan menggunting, menempel, dan menyobek melatih otot-otot jari dan tangan anak. Selain itu, kegiatan ini juga memberikan kesempatan kepada anak untuk membangun dan mencipta. Anak bisa belajar berbagai bentuk geometris seperti lingkaran, kotak, segitiga, bintang dan sebagainya.

 Langkah-langkah Kegiatan ini :
- Sediakan gunting yang sesuai untuk anak (ujung tidak lancip dan gunting khusus untuk anak kidal) serta kertas-kertas (warna-warni, koran bekas dan sebagainya)
- Gambar dan guntinglah berbagai bentuk geometri pada kertas warna-warni. Jika anak anda butuh bantuan, anda bisa menggambarkannya dan meminta dia yang menggunting.
- Biarkan dia menyobek koran bekas. Anak menikmati sensasi suara dan sentuhan pada kegiatan menyobek ini.
- Ajaklah anak membuat mosaik dari guntingan dan sobekan kertas-kertas seperti alas piring, pigura foto, tas, dan sebagainya.

Selamat bermain dan berkreasi bersama buah hati anda !!!

Tetanggenan Marang Amal

من علامة الاعتماد على العمل نقصان الرّجاء عنح وجود الزّلل

"Tanda-tandane yen wong amal iku ngendelke-ngendelke amalae ya iku naliko dewekne nglakoni maksiat, nuli kurang pengarep-arepe marang rahmate Gusti Allah"

 Wong kang nindakake amal utowo ivadah iku mesti anduweni pengarep-arep marang Allah  ono ing hasile apa kang dadi tujuane. Kaya bisa selamet saking siksane Allah, diparingi biso kabukak atine utowo kasyaf lan liya-liyane. Nanging wong kang amal mau bisoho ojo kongsi ngendelke amal ibadahe. Sebab amal kang dilakono iku kang gawe lan kang mujudake ya iku Allah. Mongko kapan wong iku ngendelke amale, yen nuju kepleset-umpamane wong melaku- koyo kedlanjur maksiat utowo ninggalake opo kang wus dilakoni iku banjur sudo pengarep-arepe marang Allah. , kapan sudo pengarep-arepe bakal kendo olehe amal mau, suwe-suwe leren.