Menjadi Pribadi Yang Benar
الصدق منجّ
“Kebenaran adalah Keselamatan”
Siddiq berasal dari shadaqa yang
memiliki makna cukup banyak diantaranya : benar, nyata, berkata benar, dan juga
diartikan sebagai kejujuran. Walau sebenarnya jika diarti sebagai kejujuran sendiri
kurang begitu tepat, namun kata jujur juga termasuk di dalam pengertian siddiq.
Siddiq adalah puncak dari kebenaran, hakekat dari kebaikan, serta bagian yang
tak terpisahkan dari keimanan seseorang.
Sifat siddiq ini adalah iri, karakter,
serta pemikiran yang utama bagi seorang Rosul, oleh karena itu sifat ini
menjadi salah satu dari sifat wajibnya para Rosul yang mulia. Tidak mungkin
seorang Rosul tidak memiliki sifat ini. Dalam Al-Qur’an setidaknya Allah SWT
tiga orang nabi dan rosul-Nya yang memiliki sifat siddiq. Pertama Nabi Ibrahim
yang termaktub dalam surat Maryam ayat : 41 Allah berfirman :
واذكروا في الكتاب إبراهيم إنّه كان صدّيقا نبيّا
41. Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al kitab
(Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan[905]
lagi seorang Nabi.
Kedua adalah Nabi Idris yang disebutkan dalam
firman Allah surat Maryam ayat : 56 yang artinya :
56. dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris
(yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat
membenarkan dan seorang Nabi.
Dan yang ketiga adalah penyebutan siddiq pada
Nabi Yusuf AS karena penolakan Yusuf atas ajakan Zulaikha untuk berzina
sebagaimana yang tertulis dalam surat Yusuf ayat : 51 artinya :
51. raja berkata (kepada wanita-wanita itu):
"Bagaimana keadaanmu[755] ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan
dirinya (kepadamu)?" mereka berkata: "Maha sempurna Allah, Kami tiada
mengetahui sesuatu keburukan dari padanya". berkata isteri Al Aziz:
"Sekarang jelaslah kebenaran itu, Akulah yang menggodanya untuk
menundukkan dirinya (kepadaku), dan Sesungguhnya Dia Termasuk orang-orang yang
benar."
Sifat siddiq ini menjadikan Nabi Ibrahim dan Nabi Idris dipuji
oleh Allah SWT, begitu juga sifat siddiq ini menyelamatkan Nabi Yusuf dari
tipu-daya Zulaikha. Sifat siddiq yang menceritakan tentang ketiga Rosul di atas
tidak sepenuhnya berkaitan dengan kejujuran, namun lebih mengarah kepada sikap
percaya pada kebenaran serta keyakinannya akan Ketuhanan. Karena akhir dari
siddiq adalah keselamatan karena tetap berpegang teguh pada kebenaran itu
sendiri.
Begitulah seorang mu'min yang sejati diajari
untuk benar kepada Tuhannya, benar kepada dirinya sendiri, benar kepada orang
lain, benar kepada keluarganya, benar kepada tetangganya, bahkan benar kepada
orang yang menjadi musuhnya. Sebagaimana Nabi Ibrahim yang meyakini kebenaran
akan Ketauhidan, yang menjadikannya menentang Raja Namrud dan ia harus dihukum
bakar. Namun sifat siddiq telah menyelamatkan Nabi Ibrahim dari kobaran api
itu.
Sifat siddiq juga dipegang teguh oleh
Nabi Idris, yang menjadikan beliau diusir dari negerinya dan dikejar-kejar
untuk dibunuh oleh raja yang dzolim. Begitu pula yang terjadi pada Nabi Yusuf beliau
tetap berpegang teguh pada kebenaran Tuhan walau berada di tengah-tengah godaan
yang meremuk-redamkan keimanannya namun Yusuf tegar walau ia harus masuk
penjara.
Bagaimanapun keadaan kita hendaknya
selalu tegar dalam kebenaran karena sesungguhnya kebenaran itu adalah dari
Tuhan, maka hendaknya kita jangan ragu. 'AL HAQQU MIN ROBBIKA FALA TAKUUNANNA
MINAL MUMTARIN' Kebenaran itu dari Tuhan
kamu, maka janganlah kamu menjadi orang yang ragu. Karena kebenaran mampu
membawa pelakunya kepada kebajikan, dan kebajikan akan menuntun pelakunya menuju
jalan keselamatan yaitu jalan ke surga.
Cukuplah firman Allah Surat at taubah ayat : 119
menjadi dasar kita untuk menjadi seorang mukmin untuk terus memiliki sifat benar dan selalu bersama orang-orang yang benar. Allah SWT berfirman yang artinya :
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yang benar” (At Taubah :119). Joyojuwoto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar