Minggu, 15 Mei 2016

Adab Itu Kemuliaan

Adab Itu Kemuliaan

الأدب شرفٌ
“Adab Itu Kemuliaan”

Ada sebuah hikmah yang mengatakan “Al Adabu Fauqol Ilmi” Adab itu di atas ilmu pengetahuan. Begitu tingginya maqam adab hingga diletakkan di atas ilmu pengetahuan, padahal kita tahu bahwa maqam ilmu sangatlah tinggi. Tidak salah memang kalau adab itu lebih tinggi dari ilmu karena ilmu tidak akan ada faedahnya jika tidak disertai dan dihiasi dengan adab yang mulia. Kepandaian terhadap ilmu tanpa didasari adab hanya akan menyebabkan mafsadah-mafsadah saja. lihatlah di era sekarang, banyak orang berilmu namun kurang adab hasilnya perbuatan-perbuatan dan amal mereka justru mengkhianati teori-teori ilmu pengetahuan yang mereka pelajari sendiri.

Saya sebenarnya sangat risau bin galau jika melihat dunia pendidikan sekarang, walau tidak semuanya namun setidaknya ini menjadi sinyal merah bagi dunia pendidikan di Indonesia. Adab yang menjadi mahkota kemuliaan seorang pelajar mulai ditanggalkan dan ditinggalkan.

Indikasinya sudah sangat terasa dan sangat memprihatinkan, di era yang serba materialistik ini hubungan antara guru dan murid sudah bukan lagi hubungan batin, ‘alaqah ruhiyah, namun lebih kepada hubungan materi saja. Murid bahkan sang wali murid merasa telah mahal-mahal membayar biaya sekolah maka ia dengan seenaknya saja memberlakukan dan bersikap bahwa sekolah adalah transaksi bisnis semata. Tidak kalah memprihatinkannya juga ada walau tidak semua lembaga sekolah juga didesain seperti model bisnis. Naudzu billah.

Tidak heran jika perilaku para siswa jauh dari adab yang semestinya. Lihatlah ketika ada pengumuman kelulusan Ujian Nasional, mereka menyikapi dengan hal-hal yang kurang bermanfaat dan cenderung destruktif. Apa mereka tidak tahu, atau memang sudah menjadi latah bahwa pemerintah sekarang tidak mematok kelulusan dari nilai Ujian Nasional, ah bangga yang fatamorgana.

Merayakan kegembiraan tidak ada yang melarang bahkan justru sangat dianjurkan namun, namun ketika baru dinyatakan lulus UN saja sudah begitu euforianya, sebenarnya saya bertanya-tanya apa yang sedang ada di kepala mereka ?

Dengan bangganya mereka berkonvoi di jalan-jalan raya, mengganggu lalu-lintas, suara knalpotnya yang berisik, kemudian baju-nya dicorat-coret tidak jelas, disobeki sana-sini, dan berbagai kegilaan lain yang dipertontonkan. Ah!!! Mereka memang belum pernah tahu rasanya lembaran-lembaran skripsinya di tinta merahi oleh dosen pembimbing. Atau belum pernah merasakan dahsyatnya pertanyaan-pertanyaan malaikat Munkar-Nakir walau soal itu sudah dianggap bocor namun tidak ada satupun orang yang berani menjamin bahwa dirinya akan lulus dari itu.

Sekali lagi adab adalah kemuliaan, seyogyanya seorang terpelajar memiliki adab yang baik sebagaimana yang dikatakan oleh Pram, “Adil sejak dalam pikiran.” Cobalah mari berfikir sejenak wahai generasi muda, wahai harapan bangsa, wahai tumpuan cita dan cinta orang tua, di tangan kalianlah masa depan kami-kami yang telah tua-tua ini. Jangan gadaikan nasib bangsa Indonesia tercinta ini dengan kesia-siaan yang engkau lakukan. Begitu juga kami yang tua-tua ini juga akan berusaha memberikan teladan yang baik dengan terus memegang teguh adab kebaikan guna menebar manfaat dan kemaslahatan bagi umat semesta raya.

Ayo para pelajar generasi muda bangsa mari berjalan beriringan, bergandengan tangan, merapatkan barisan, dan saling menguatkan untuk mewujudkan nilai-nilai dan tujuan dari Pancasila utamanya sila yang kedua “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” serta melunasi janji kemerdekaan dari para generasi pendahulu kita, dan tentu harapan itu masih ada. Joyojuwoto

3 komentar:

  1. Iya, sekarang guru dianggap sebagai petugasnya wali murid yg sudah dibayar utk mengalihkan tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak. Padahal guru itu sama sekali bukan bawahan wali murid, guru itu orang mulia yg memberikan ilmu yg mulia kepada anak2 kita.

    BalasHapus
  2. saya juga heran pada mereka mereka yang konfoe itu kesanya itu loo,, tidak berpendidikan bangett padahal mereka sudah jelas jelas mengunyah ilmu pendidikan yang tinggi sekali. apa mungkin pendidikan yang ada di indonesia ini kurang kemanusiaan yang adil dan beradap sekarang ini. entahh lahh !

    BalasHapus
  3. semoga ke depan dunia pendidikan kita lebih baik lagi mas, termasuk menulis adalah salah satu cara kita berbicara pada dunia :)

    BalasHapus