Minggu, 31 Juli 2016

Nabi Musa Sang Kalimullah

Nabi Musa Sang Kalimullah
Joyojuwoto*


Nabi Musa adalah termasuk salah satu Nabi yang mendapat gelar sebagai Rasul Ulul Azmi, yaitu gelar kehormatan yang diberikan oleh Allah kepada para Nabi dan Rasulnya yang memiliki keteguhan hati dan ketabahan yang luar biasa serta kesabaran dalam mendakwahkan ajaran agama Tuhan kepada kaumnya.

Nabi Musa adalah putra dari Imron keturunan dari Nabi Ya’kub bin Ishak, ibunya bernama Yohanadz. Musa hidup di Mesir yang saat itu dipimpin oleh seorang raja lalim yang bernama Fir’aun. Nama Fir’aun bukanlah nama seseorang, tapi nama itu merujuk pada gelar yang dipakai oleh raja-raja Mesir kuno. Fir’aun berasal dari bahasa Koptik, yaitu Paraoh. Ha’ pada fonem “raouh” adalah pergantian dari ‘ain yang asalnya rou’ (Ra) yang berarti matahari. Paraoh sendiri bermakna “sinar matahari”.

Nama Musa sendiri berasal dari bahasa  Ibrani, Musa adalah gabungan dari dua kata. Mu yang berarti air dan Sya yang berarti pohon. Ia dinamai Musa karena saat kecil dipungut oleh keluarga Fir’aun saat bayi Musa dilarung oleh Ibunya dan terapung di sungai Nil yang kemudian ditemukan dan akhirnya diambil anak angkat oleh permaisuri Fir’aun yang bernama Asiyah. Padahal saat itu Fir’aun sedang melakukan genosida terhadap seluruh bayi laki-laki yang dilahirkan dari keturunan Bani Israel.

Kisah Nabi Musa termasuk yang paling banyak yang diceritakan di dalam Al Qur’an, lebih dari 125 nama Musa tercantum di dalamnya, diantaranya menyebar di empat surat: Al-Baqarah, Thaha, Al-A’raf, dan Al-Qashas.

Sejarah maupun kisah Nabi Musa pun sangat komplit mulai dari masa sebelum kelahirannya yang diramalkan oleh para ahli nujum fir’aun, Kelahiran Musa yang akhirnya dihanyutkan ke sungai Nil (QS. 28:7), masa kecil saat hidup dang tinggal di istana fir’aun (QS. 28:9), kisah Musa membunuh laki-laki Mesir (28:16) masa pelariannya ke negeri Madyan yang membawanya bertemu dengan anak-anak Nabi Syuaib (QS. 28:26), masa risalah di bukit Thur (QS. 20: 25-28), kembalinya Musa ke Mesir yang kemudian diperintahkan oleh Allah berdakwah kepada Fir’aun bersama saudaranya Harun (QS. 20:44), konfrontasi langsung antara Nabi Musa dengan tukang sihirnya fir’aun (QS. 20:63, QS. 7:116, QS. 20:69 ), hingga berakhirnya kecongkakan Fir’aun di telan laut merah (QS. 26:63, QS. 10:90-91).

Di dalam surat Al Baqarah juga bertebaran kisah yang menceritakan tentang Nabi Musa yang menyuruh salah satu dari Bani Israel untuk mencari sapi betina sebagai prasarat untuk mengetahui seorang pembunuh diantara mereka. Selain itu Al Qur’an dalam surat Al Kahfi ayat 65-82 juga merekam jejak kisah bergurunya Nabi Musa kepada Nabi Khidir untuk mendapatkan dan mengajarinya ilmu hikmah dan kebijaksanaan.

Gelar Rasul Ulul Azmi yang disematkan kepada Nabi Musa tentu karena Nabi Musa termasuk Nabi yang dipilih dan diistimewakan oleh Allah Swt dibandingkan dengan nabi-nabi yang lainnya.

Keistimewaan dan kelebihan yang ada pada diri Nabi Musa yang banyak disebut dalam Al Qur’an diantaranya adalah :

Pertama, Nabi Musa termasuk Nabi yang mendapatkan limpahan kasih sayang mulai dari kelahirannya dan selalu dalam pengawasan Allah Swt, sebagaimana dalam surat Thaha ayat 39.

Kedua, Allah Swt langsung memilih Musa sebagai Nabi dan Rasulnya hal ini tercantum dalam surat Thaha ayat 13 yang artinya : “Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkan apa yang akan diwahyukan kepadamu.”

Ketiga, Nabi Musa adalah seorang yang Kalimullah, maksudnya adalah beliau langsung bercakap-cakap dengan Allah tanpa melalui perantara Malaikat saat menerima wahyu di puncak bukit Thur. Hal ini sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Swt dalam surat An Nisa’ ayat 164 yang artinya : “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.”

Keempat, Nabi Musa adalah salah satu dari lima Rasul yang mendapatkan gelar Ulul Azmi. Nabi Musa ini menduduki posisi ketiga dari para Rasul Ulul Azmi diantaranya adalah, Nabi Nuh,Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad SAW. Nabi Musa juga mendapatkan wahyu dari Allah guna disampaikan kepada kaumnya yaitu berupa sepuluh perintah Tuhan (hukum Taurat) yang diterima Nabi Musa secara langsung di bukit Thur.

Dari keistimewaan-keistimewaan Nabi Musa ini tentu dapat kita fahami bahwa Musa berjalan, bertindak, dan berperilaku sesuai dengan apa yang Allah ilhamkan ke dalam diri Musa. Inilah yang menjadi bagian dari sifat kenabian yang telah Allah tanamkan dalam jejak sejarah perjalanan hidup Nabi Musa dari masa kelahirannya hingga beliau wafat. Nilai-nilai profetik yang ada dalam diri Musa menjadi pelajaran yang berharga untuk kita renungi dan kita ambil pelajaran serta hikmahnya.

Ada banyak pelajaran dan hikmah profetik yang Allah sertakan dalam kehidupan kekasihnya ini, diantara hikmah-hikmah profetik itu adalah ada pada kisah bergurunya Nabi Musa kepada seorang hamba Allah yang mendapatkan rahmat dan ilmu dari sisi Allah, oleh penafsiran para ulama beliau disebut sebagai Khidir. Walau kisah ini terjadi dan dialami oleh Nabi Musa, namun pada hakekatnya Allah sedang mengajari kita umat manusia untuk menjadi Musa-Musa yang berusaha menyecap setitik ilmu dari keagungan ilmu dan hikmah Allah Swt melalui perantara hambanya yang sholeh.

Kisah bergurunya Musa kepada Khidir ini menjadi sebuah sarana Musa untuk meningkatkan maqam syariat kepada maqam hakekat. Karena pada dasarnya Musa sebagai utusan Allah tentu telah sempurna keilmuan syariatnya, namun dalam segi hakekat beliau dituntut oleh Allah untuk berguru kepada salah seorang hambanya yang sholeh.

Setidaknya ada tiga peristiwa penting yang terjadi dalam kisah bergurunya Nabi Musa kepada Khidir yang memberikan pelajaran dan pendidikan profetik kepada kita, peristiwa itu dimulai saat Musa memohon untuk mengikuti gurunya. Oleh Khidir dijawab bahwa Musa tidak akan sabar bersamanya. Kemudian Musa berjanji akan sabar dan mengikuti Khidir kemanapun dan tidak akan menentangnya dalam hal apapun.

Khidir akhirnya mengijinkan Musa ikut bersamanya, mereka berdua berjalan hingga keduanya menaiki sebuah perahu. Khidir dengan tanpa banyak bicara melubangi perahu itu, Musa kaget dan serta merta ia menegur perbuatan gurunya yang dianggap merusak hak milik orang lain. Khidir pun hanya berkata, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku”. Musa pun sadar akan kesalahannya untuk tidak menentang gurunya. Kemudian mereka pun melanjutkan perjalanannya, di suatu tempat terdapat anak-anak kecil yang sedang bermain, lagi-lagi Khidir melakukan perbuatan yang tidak terduga, Khidir membunuh anak kecil itu, Musa kembali bereaksi marah, “Wahai Guru engkau telah membunuh anak kecil yang berjiwa bersih tanpa alasan”, Khidir hanya mengatakan perkataan awal saat Musa akan menyertainya, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku”. Lagi-lagi Musa meminta maaf dan tidak akan mengulangi perbuatannya. Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan hingga sampai di sebuah perkampungan. Mereka meminta sekedar air untuk melepas dahaga, dan sekedar makanan untuk mengganjal perut, namun penduduk kampung itu tidak ada yang mau. Musa merasa jengah, dan lebih menjengkelkan lagi, Khidir mengajak Musa untuk memperbaiki sebuah dinding rumah yang hampir roboh, padahal mereka telah telah menyia-nyiakan tamu. Di tengah kejengkelannya Musa pun kembali protes kepada Khidir, “Jika kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu” Dan inilah akhir dari perjalanan mereka berdua, Musa tidak sabar menghadapi gurunya yang dianggap melakukan perbuatan yang melanggar hukum dan kebiasaan. Ringkasnya akhirnya Khidir melarang Musa untuk mengikutinya dan beliau kemudian menerangkan perbuatan-perbuatan yang dilakukannya itu bukanlah dari dirinya, namun Allah lah yang memerintahkannya.

Dari tiga peristiwa itu, yaitu peristiwa melubangi perahu yang bukan hak miliknya, membunuh anak kecil yang tidak memiliki dosa, dan menegakkan dinding yang akan roboh tanpa mengambil upah adalah perbuatan yang secara hukum dianggap melanggar syariat. Namun nyatanya dibalik peristiwa itu ada hikmah yang tersembunyi, hanya Allah saja yang tahu. Khidir pun melakukan itu atas kehendak-Nya. Jadi berhati-hatilah dengan fenomena dan kejadian yang ada disekitar kita, jangan terburu menjustifikasi sebuah perbuatan, arif dan bijaksanalah dalam menilai sesuatu, dan itu pun ternyata belum cukup, mintalah petunjuk dan bimbingan dari orang-orang sholeh yang dekat dengan Tuhan. Ihdinas shiraathal mustaqim. Amien.

*Joyojuwoto, lahir di Tuban, 16 Juli 1981, Santri Ponpes ASSALAM Bangilan Tuban; Penulis buku “Jejak  Sang Rasul” dan juga seorang blogger yang tinggal di www.4bangilan.blogspot.com.


Karomahnya Sifat Dermawan

Karomahnya Sifat Dermawan
Joyojuwoto*

Sifat dermawan adalah salah satu sifat yang sangat disukai oleh Sang Khaliq dan makhluk, sifat yang dicintai oleh penduduk langit juga penduduk bumi. Sifat ini mendekatkan pemiliknya kepada surga, dan sebaliknya menjauhkan pelakunya dari api neraka. Sifat ini juga menjadikan pemiliknya selalu dibantu dan dikasihi oleh Allah Swt. Sebagaimana dalam hadits Nabi yang berbunyi : “Allahu fii ‘aunil ‘abdi maa kaanal ‘abdu fii auni akhiihi” artinya : “Allah akan selalu membantu hambanya selagi hambanya mau membantu saudaranya”.

Sifat dermawan tidak hanya dimiliki oleh orang yang berjiwa baik saja, orang-orang yang berperilaku buruk pun banyak yang memiliki sifat ini, dan itu tidak menghalangi kasih sayang dan anugerah Allah kepadanya. Bahkan kepada seorang yang menyekutukan-Nya sekalipun. Berikut sebuah kisah kedermawanan salah seorang pengikut Nabi Musa yang jiwanya tetap dilindungi oleh Allah hingga kematian menjemputnya.

Al Kisah ketika Nabi Musa AS membawa kaumnya Bani Israel ke tanah yang dijanjikan Tuhan dan menyelamatkannya dari kejaran tentara Fir’aun, Musa dan kaumnya berjalan hingga sampai di negeri Assyiria dan Kan’an. Di situ  orang-orang sama menyembah relief-relief dan patung. Kaum Nabi Musa meminta agar supaya mereka dibuatkan sesembahan seperti itu. Musa pun memarahi kaumnya.
Selanjutnya Musa berpamitan untuk bermunajat di puncak gunung Thursina, sedang Harun saudara Musa mendapatkan tugas untuk menjadi pengganti Musa. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh Samiri salah seorang pengikut Musa untuk menyesatkan Bani Israel. Samiri membuat patung sapi  dari emas dan meminta Bani Israel untuk menyembahnya. Sapi itu dapat mengeluarkan suara melenguh dikarenakan Samiri memberinya atsarul hayat yaitu debu bekas telapak kaki Malaikat Jibril. Melihat kaum Bani Israel menyembah Sapi, Harun tidak kuasa menghalanginya karena ia diancam akan dibunuh.

Setelah beberapa waktu akhirnya Musa kembali kepada kaumnya, ia membawa lempengan batu yang bertuliskan sepuluh perintah Tuhan. Namun Musa kaget ternyata kaumnya yang baru ditinggalkannya telah menyekutukan Allah dengan menyembah sapi. Musa marah dan akan menghukum Harun, namun setelah dijelaskan akhirnya ia memaklumi kelemahan Harun saudaranya.

Musa kemudian mendatangi Bani Israel dan mencerca mereka. Samiri sebagai biang dari semua kemusrikan itu akhirnya ia tangkap dan akan dibunuhnya. Tetapi Allah melarang, “Jangan kau bunuh dia. Ia adalah orang yang dermawan terhadap kaumnya. Usir saja ia dari golonganmu.” Akhirnya Musa pun mengusirnya dan memerintahkan Bani Israel untuk menjauhinya. Siapa saja yang bersentuhan dengan Samiri akan dipotong anggota tubuhnya, Samiri dikucilkan hingga maut menjemputnya.

Demikianlah salah satu kisah kedermawanan seorang yang kufur dan menjadikan kaum bani Israel kufur kepada Allah, namun Allah tetap menjaganya dari hukuman di dunia yang akan dilakukan oleh Musa, hingga ia sendiri meninggal dunia. Lalu bagaimana jika kedermawanan itu dimiliki oleh seorang hamba yang taat kepada Tuhan, tentu Tuhan akan selalu melindunginya baik di dunia maupun di akhirat kela. Amien. Joyojuwoto


*Joyojuwoto, lahir di Tuban, 16 Juli 1981, Santri Ponpes ASSALAM Bangilan Tuban; Penulis buku “Jejak  Sang Rasul” dan juga seorang blogger yang tinggal di www.4bangilan.blogspot.com.

Sabtu, 30 Juli 2016

Kali Kening Pada Senja Biru

Kali Kening Pada Senja Biru

Di remang senja,
di bentang cakrawala
Langit barat tersenyum
diantara kabut-kabut tipis

Merona menyihir rumput
dan ilalang di kaki bukit
Ini adalah senja biru, katamu
Senja yang tercipta dari senyum bidadari
Saat mengeja rindu yang menggebu
Pada beningnya air kali

Di sini, di pinggiran kali kening ini
Jejak itu masih tampak
Pada batu-batu kali
Pada pasir
Dan pada keheningan lubuk

Jejak bahagia anak-anak desa
Yang mengakrabi lumpur
Serta seruling senja
Yang ditiup semilir angin dari balik
 rerimbunan pohon bambu

Kali kening pada senja biru
Riak geloramu.mengalirkan harapan
Pada jiwa-jiwa pengembara

Kali Kening pada senja biru
Bening airmu memendam rindu
Pada anak kali pulang ke hati
Kali Kening, 30 Juli 2016

Jumat, 29 Juli 2016

Kampung Damaiku

Kampung Damaiku

Kau kampung damaiku
Tumpuan hidupku
Wujudkan masa depan
Sarat akan ilmu
Walau badai menghadang
Rintangan membentang
Satukan tekad hati
Menggapai tujuan...
Bangkitlah Hai ASSALAM
Tuk tegakkan panji islam
Cerdaskan ummat bangkitkan bangsa
Dengan niat Lillahi ta'ala
Oh, panca jiwamu semerbak harum
Bertebaran hingga persada alam
Tuk melepas misi wadhifah suci
Mengharumkan nama ibu pertiwi.

Lirik lagu di atas tentu tidak asing di kalangan santriwan-santriwati ASSALAM Bangilan Tuban, khususnya santri-santri periode 2007 ke atas. Lagu ini populer setelah dinyanyikan diperhelatan Akbar Pengajian Awal Tahun KMI ASSALAM Bangilan Tuban tahun 2013 yang dinyanyikan oleh Dian Maya Maulidia, seorang santri dari Merakurak Tuban. Lalu tahukah kalian siapa yang menciptakan lagu yang enak dan renyah didengar di telingan itu ?
Pencipta lirik lagu “Kampung Damai” adalah Ust. Marno, salah satu Ustadz di KMI ASSALAM Bangilan. Berikut penuturan beliau mengenai lirik lagu yang ditulisnya itu :

“Kampung Damai... ialah Ponpes ASSALAM/KMI ASSALAM, yg dengan bertumpu pada gemblengan - gemblengan ASSALAM akan menjadikan hidup ini lebih hidup, ada harapan (Roja'), Optimisme (Al Iqdam) dan Keikhlasan (Al Ikhlas).
Siapapun santri ASSALAM pernah mendengar dan mendapatkan wejangan tersebut dari Abah Moehaimin Tamam. Dengan gemblengan tersebut jiwa santri ASSALAM di manapun dan menjadi apapun di masyarakat akan berusaha menjadi insan yang bermanfaat yang juga harus selalu ingin belajar (membaca) memiliki keilmuan haliyah dunyan wa ukhron.
Dalam mewujudkan Kampung Damai halangan dan rintangan bahkan linangan air mata Abah Moehaimin Tamam selalu mengiringi tegak dan berdirinya ASSALAM. Karena itu...para hawari-hawari ASSALAM harus bersatu, saling membahu menyamakan tekad yang sama sebagaimana Pendiri Kampung Damai "ASSALAM". ASSALAM akan berdiri paling depan dalam usaha li i'laai kalimatillah (menegakkan agama Islam) dengan lembaga pendidikan yang tersistem berusaha selalu untuk mencerdaskan ummat dan membangkitkan bangsa.
Ummat yang cerdas akan mampu membangkitkan bangsa....yang kesemuanya harus berusaha dengan gigih, tawakkal, dan niat Lillahi Ta'alaa. Panca Jiwa pondok adalah mindset yang akan selalu menjadi software untuk bekal santri-santri ASSALAM dalam usaha menjalankan wadhifah suci (menjadi insan kamil) di Bumi Pertiwi. Maaf mungkin ini yg saya bisa tuliskan/ saya rasakan waktu menulis lagu tersebut tahun 2007.

Demikian ulasan yang diberikan oleh Ust. Marno sebagai pencipta lagu “Kampung Damai.” Semoga harapan beliau dan harapan kita semua tentunya, pondok pesantren ASSALAM Bangilan benar-benar menjadi Kampung Damai bagi para santriwan-santriwati di seluruh Nusantara. Amien ya Rabbal ‘alamin. Joyojuwoto

Rabu, 13 Juli 2016

Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe

Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe

Ungkapan sepi ing pamrih rame ing gawe mengandung afirmasi positif terhadap gerak laku peradapan yang mengarah kepada dinamisme hidup yang penuh dengan makna dan nilai-nilai yang membangun kehidupan masyarakat yang madani. Sepi ing pamrih berarti kosongnya nafsu-nafsu duniawi dyang membelenggu kehendak manusia dalam rangka menuju nilai-nilai ketuhanan. Sepi ing pamrih berarti memurnikan niat hanya kepada Tuhan saja segala bermuara.

Pamrih adalah penyakit hati yang sangat mengganggu gerak laju peri-kehidupan di tengah-tengah masyarakat, karena pamrih  berarti hanya mengusahakan kepentingan sendiri individualnya tanpa memperhatikan kepentingan-kepentingan bersama. Pamrih pada dasarnya adalah tindakan mengacau dan mengganggu keselarasan kepentingan sosial, karena sikap pamrih hanya berusaha mengeksiskan dan memutlakkan diri,  ego dan keakuannya belaka.

Sikap pamrih ini akan tampak pada orang yang selalu ingin menjadi orang yang terdepan, nomor satu  atau nepsu menange dewe, menganggap diri selalu benar, sedang yang lain salah, atau nepsu benere dewe, dan tentu orang yang suka pamrih hanya memperhatikan kebutuhannya sendiri tanpa menghiraukan kepentingan kolektif masyarakat, atau nepsu butuhe dhewe.

Orang yang telah dikuasai nafsu pamrih akan kehilangan akal budinya, orang semacam ini tidak saja berbahaya bagi keselarasan harmoni kehidupan namun juga akan mengancam lingkungannya serta menyulut konflik-konflik serta menimbulkan ketegangan-ketegangan yang membahayakan ketentraman masyarakat.

Oleh karena itu menyepikan dan menyuwungkan hati dari tujuan pamrih adalah satu kearifan dan kebajikan sikap yang perlu dipelihara dan dihidupkan agar manusia nantinya bisa rame ing gawe. Jika manusia rame ing gawe karena mengerti tujuan penciptaan dirinya oleh Tuhan dalam rangka beribadah maka saya kira manusia akan memurnikan niatnya hanya untuk penyembahan kepada Tuhan semata, bukan sebab harta, jabatan, kemuliaan yang semu dan tujuan-tujuan keduniaan lainnya.

Ketulusan niat dalam hati dan pikiran adalah kunci dari rame ing gawe, jumbuhing lahir lan batin menjadi piranti penting dalam rangka mewujudkan cita-cita kenabian yang terpapar dalam istilah rahmatan lil’alamin atau memayu hayuning bawana dalam konsep kejawennya.

Sikap sepi ing pamrih rame ing gawe mengajari kita sikap keikhlasan, ketulusan serta pengharapan semata-mata hanya kepada Tuhan saja. Ilaahii Anta Maqsuudii, Wa Risdhooka Madluubii. Joyojuwoto

Selasa, 12 Juli 2016

Perayaan Kupatan antara Bid’ah dan Produk Kebudayaan

Perayaan Kupatan antara Bid’ah dan Produk Kebudayaan

Kupat adalah makanan tradisional yang  terbuat dari beras yang dibungkus dengan daun kelapa muda atau dikenal dengan nama janur yang dianyam sedemikian rupa hingga menbentuk model-model tertentu sesuai dengan kebutuhan. Ada model kupat pasar, kupat bawang, kupat luwar, kupat sungu dan lain sebagainya. Namun biasanya kupat yang sering dibuat masyarakat adalah model kupat pasar dan kupat bawang. Kupat biasanya disajikan dengan opor ayam atau sambal bumbu dari parutan kelapa dan akan terasa lebih nikmat jika bumbu itu dipadukan dengan ikan teri.

Setelah perayaan hari raya Idul Fitri masyarakat Jawa khususnya memiliki tradisi hari raya lagi yaitu  kupatan. Menurut Clifford Geertz dalam bukunya yang berjudul Agama Jawa, kupatan dilaksanakan tujuh hari setelah hari raya Idul Fitri. Pada mulanya tradisi perayaan kupatan ini dianjurkan bagi keluarga yang memiliki anak kecil yang telah meninggal dunia. Biasanya kupatan dilaksanakan pada pagi hari sekitar jam tujuh, selaian dipakai selametan kupat juga ada yang digantung  di pintu-pintu masak agar supaya arwah sianak kecil tadi bisa pulang dan menikmati makanan kupat tanpa perlu mempedulikan siapapun yang ada di dalam rumah.

Pendapat Geertz mungkin merujuk pada prosesi selamaten yang dilakukan oleh masyarakat Jawa pada umumnya, tanpa meneliti lebih mendalam tentang sebuah prosesi kupatan. Geerrtz hanya berhenti pada sebuah pengertian bahwa kupatan adalah upacara untuk memberi makan arwah anak kecil. Tampaknya Geertz ia tidak begitu paham akan proses akulturasi yang terjadi pada sebuah nilai kupatan yang telah digagas oleh Walisongo khususnya Sunan Kalijogo. Ini terbukti Geertz di dalam bukunya sama sekali tidak menyinggung makna dari kupatan itu sendiri.

Disadari atau tidak kemungkinan Geertz memang sengaja ingin meninggalkan dan membiarkan polemik di tengah masyarakat tentang sebuah  ritual kupatan. Karena Geertz sendiri juga punya misi untuk memisahkan dan membuat kesenjangan dengan membuat istilah santri abangan dan santri putihan. Jika kupatan dihubungkan dengan pemberian makan terhadap arwah tentu hal ini akan dianggap sebagai perbuatan bid’ah menurut santri putihan, sehingga diharapkan akan terjadi kesenjangan antara santri abangan sebagai pelaku dari ritual kupatan dengan santri putihan yang berusaha melindungi ajaran Islam dari perilaku bid’ah tadi.

Oleh karena itu kita harus lebih dewasa dalam menyikapi perbedaan paham akan sebuah nilai dari tradisi kupatan. Jangan sampai kita selalu diadu domba oleh sebuah kepentingan untuk merusak ukhuwwah dan persatuan umat Islam. Ada baiknya umat Islam menyadari akan upaya orang-orang yang tidak suka dengan Islam sehingga berusaha memperuncing perbedaan faham diantara kita. Termasuk diantaranya adalah pelintirisasi terhadap perayaan kupatan yang ada di tengah-tengah masyarakat.

Walisongo dengan dakwahnya berusaha mengikat dan mempersatukan masyarakat dalam jalinan persaudaraan dan silaturrahim diantara sesama dengan berbagai cara yang sangat unik dan  tentu cara itu mencontoh serta meneladani ajaran Rasulullah SAW. Seperti ajaran silaturrahmi, ajaran saling memaafkan, ajaran saling tolong menolong, serta ajaran sedekah. Hal ini pula yang terkandung dalam tradisi kupatan yang diadakan pasca hari raya Idul Fitri. Mungkin secara bahasa Walisongo tidak mengatakan hal seperti itu namun nilai-nilai dakwah walisongo jelas-jelas mencerminkan ajaran yang sangat mulia.

Jika ada yang mengatakan bahwa perayaan kupatan adalah bid’ah, sesat, dholalah, an-naar, dan lain sebagainya, kayaknya kita perlu duduk bersama sambil menyeruput secangkir kopi dan menikmati sajian kupat di hari idul fitri, sambil bersama merendahkan hati untuk  saling memahami dan saling memaafkan. Saya kira semua tahu makna dari bid’ah itu sendiri, berbagai dalil juga telah dijelaskan bahwa bid’ah itu sesat dan tempatnya di neraka. Lalu jika kupatan itu tidak pernah diajarkan Rasulullah dan tidak pernah beliau contohkan mengapa hal itu kok masih dilakukan dan tidak segera saja ditinggalkan ?

Kupat sebenarnya bukan sebagai produk agama, namun hanya sebagai produk budaya suatu masyarakat yang diinisiasi dengan nilai-nilai religi khususnya ajaran Islam, jadi kita jangan hanya memandang perayaan kupatan ansich yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Kita harus melihat kesejatian dari kupatan tadi, jadi jangan hanya terjebak pada nilai-nilai profan semata dan melupakan hakekat. Perayaan kupatan adalah profan sedang nilai kesejatian dari kupatan adalah sebagaimana yang saya ungkapkan di atas Seperti ajaran silaturrahmi, ajaran saling memaafkan, ajaran saling tolong menolong, serta ajaran sedekah. Lalu manakah yang bid’ah dari perayaan kupatan ini ?

Jadi menurut saya yang tidak mau kupatan monggo, yang kupatan ya monggo saja yang terpenting kita tidak saling olok-mengolok dengan tuduhan-tuduhan yang tendensius dan tidak berdasar, apalagi sampai merenggangkan tali silaturrahim dan perpecahan diantara umat Islam. Jika kita mau membuka wawasan berfikir kita dan tidak selalu sumbang dalam menyanyikan koor bid’ah...bid’ah...bid’ah maka persoalan itu akan selesai. Ayo bersama rendahkan hati belajar dan mencoba memahami dengan seksama dawuhnya para Rasul dan ulama terdahulu.  Menurut As-Syaikh as-Sayyid Muhammad Alawi dalam kitabnya ‘al-ihktifal bidzikro mualidin nabi beliau menyatakan :

قال الإمام الشّافعي رضي الله عنه : ما أحدث وخالف كتابا أو سنّة أو إجماعا أو أثرا فهو البدعة الضّالة, وما أحدث من الخير ولم يخالف شيئا من ذلك غهو المحمود.

Artinya : Imam Syafi’i berpendapat : Bahwa amalan apa saja yang baru  diadakan dan amalan itu jelas menyimpang dari kitabullah, sunnah rasul, ijma’ shahabat, atau atsarut tabi’in, itulah yang dikategorikan bid’ah dhalalah/sesat atau tercela. Sedangkan amalan baik yang baru diadakan dan tidak menyimpang dari salah satu dari empat hal tadi, maka hal tersebut termasul hal yang terpuji.

Dari pendapat yang diuraikan oleh Imam Syafi’i ini Sayyid Alawi menyimpulkan bahwa setap kebaikan yang tercakup dalam dalil-dalil syar’i dan mengadakannya tidak ada maksud menyimpang dari aturan syariat serta tidak mengandung kemungkaran, maka hal itu termasuk “ad-din” (urusan agama).


Begitu pula nilai-nilai yang terkandung dari perayaan kupatan sama sekali tidak menyelisihi dari ajaran mulia baginda Rasulullah SAW seperti ajaran silaturrahmi, sedekah, saling memaafkan dan tentu dalam rangka menjalin persaudaraan dan ukhuwwah islamiyah. Itulah kelebihan dan keunggulan walisongo dalam menerjemahkan bahasa nubuwwah ke dalam bahasa kearifan lokal masyarakat nusantara sehingga tidak  mengherankan jika dalam jangka waktu yang tidak lama Nusantara bersinergi dan dengan sukarela memeluk ajaran Islam. Salam. Joyojuwoto

Senin, 11 Juli 2016

Tafsir ala Syekh Denny Siregar

Tafsir ala Syekh Denny Siregar

Jangan pernah menganggap dan berfikir bahwasanya kebenaran itu adalah Denny Siregar, beliau mungkin pandai dan mencengangkan pemahamanmu selama ini namun ingatlah selalu dawuhnya para sesepuh kita “Dadi uwong kuwi ojo gumunan lan ojo kagetan” (menjadi manusia itu jangan cepat terpukau dan jangan mudah terkejut). Kemungkinan Denny Siregar ini sangat paham filosofi ini,  bahwa orang itu mudah terpukau dengan sesuatu yang dianggap baru menurut pemahaman berfikirnya, dan orang itu juga mudah terkejut dengan pola-pola komunikasi yang nyleneh ala kopi pahitnya Bang Denny.

Setahu saya Denny Siregar adalah seorang penulis yang lahir dan dibesarkan di tanah tumpah darah dunia facebook, dari para pahlawan pengeshare-nya lah saya mengenal sosok yang dianggap fenomenal ini. Saya biasa membaca tulisannya, namun ya biasa-biasalah tulisannya saya tidak gumun ataupun kaget, karena sebagian besar tuisannya berisi rangkaian kata sindiran-sindiran terhadap kontra perilaku dan pemikiran yang dibela dan diemongnya. Saya sama sekali tidak ingin menyalahkan apalagi menjadi hakim bagi tulisan beliau, apalah saya kok mau jadi hakim, jangankan kuliah di jurusan hukum, gedung perguruan tinggi yang melahirkan para hakim saja saya belum pernah tahu.

Sejatinya penulis memang tidak ada yang netral pasti ada yang dibela maupun yang dijadikan lawan, itu sangat wajar sekali dan tidak berlebihan. Saya menulis ini pun dalam rangka membela sekaligus  melawan. Saya tertarik menulis tentang Denny Siregar ini karena sebuah tulisan beliau yang berjudul “Ayat Yang Terabaikan” di situ dengan gaya satirnya beliau yang mulia mengilustrasikan percakapan  dengan seorang temannya mengenai keyakinan tentang masuk surga atau tidaknya seorang non muslim.

Dengan gagah berani bagai bersenjatakan kitab seribu ilmu pengetahuan Bang Denny yang serba tahu dan serba bisa ini menafsirkan ayat suci Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 62. Namun sayang dalam menafsirkan ayat itu Bang Denny kesannya ragu-ragu dan tidak tegas menyatakan bahwa Al Qur’an menjamin surga bagi semua pemeluk agama. Itulah kepandaian beliau agar jika ada yang memberikan keterangan yang gamblang mengenai tafsir ayat itu tentu beliau bisa menyangkal bahwa ia hanya mengatakan bahwa Al Qur’an adalah kitab yang penuh toleransi.

Dalam tulisannya Bang Denny hanya menampilkan gambar surat Al Baqarah ayat 62 beserta artinya tanpa menyertakan penafsiran dari ulama’ tafsir yang telah diakui otoritasnya di dunia tafsir Al Qur’an.

Apa Bang Denny lupa atau memang sengaja bahwa untuk menfasirkan sebuah ayat di dalam Al Qur’an tidak bisa sembarang orang memiliki otoritas untuk itu. Banyak persyaratan yang perlu dipenuhi dan tentunya persyaratan itu tidak ada pada diri sosok yang mulia sang penghidang kopi itu. Bagaimanapun juga seperti di awal saya singgung saya tidak akan menyalahkan dan menjadi hakim bagi tulisan Bang Denny, saya Cuma menyanyangkan lha tafsir ala Syekh Denny Siregar kok ya laris manis dan di bagi-bagikan serta di like oleh mereka yang mungkin lebih “pintar” dan lebih otoratif dibanding Bang Denny sendiri. Haha...lucu saja kan, seorang santri pondok pesantren semisal Alex Umarouw yang notabenenya dalam penguasaan ilmu tafsir lebih jos kok ya na’am dan ngikut saja dengan tulisan dan tafsir ala Syekh Denny Siregar. Tapi alhamdulillah di beberapa komentar ada juga akun Facebook yang mengingatkan agar Bang Denny merujuk pada ulama ahli tafsir semisal Prof. Quraish Shihab. 

Saya sebenarnya tidak yakin Bang Denny belum membaca kitab tafsir yang mu’tamat semisal tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu katsir, tafsir al Misbah, namun saya yakin kalau beliau memang belum pernah tahu dan belum pernah mendengar tafsirnya Kyai Bangilan AL Aklil yang ditulis oleh KH. Mishbah Zainil  Musthofa mengenai surat Al- Baqarah ayat 62.

Dalam tafsirannya Kyai Misbah menerangkan tentang Surat Al Baqarah ayat 62 dengan jelas bahwa yang dimaksud ayat : 

Dalam keterangannya Kyai Misbah menjelaskan ayat di atas dengan bahasa Jawa yang berbunyi :
“Wong-wong kang podo iman karo Nabi-Nabi sakdurunge Nabi Muhammad SAW, lan wong-wong Yahudi, lan wong-wong Nasrani, lan wong-wong agama Shabi’in, iku sopo-sopo bae wong kang mau kang ana ing zamane Nabi Muhammad SAW hingga kiyamat , gelem pada iman dawuh-dawuhe Allah lan percaya dina akhir lan gelem amal sholeh nganggo syariat-syariate Kanjeng Nabi Muhammad SAW, wong-wong iku bakal oleh ganjaran ono ing ngersane Allah Ta’ala. Wong-wong iku ora bakal wedi lan ora bakal susah.”

Dari penafsiran Mbah Misbah sangat jelas bahwa orang mukmin, Yahudi, Nasrani, dan para pemeluk Shabi’i akan mendapatkan pahala dari Allah jika mereka menjalankan syariat-syariatnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW, dalam arti lain mereka mengakui agama Islam sebagai jalan hidupnya.

Jika ada yang bertanya dan mengatakan lha orang-orang jaman sebelum Nabi Muhammad kan tidak Islama ? apakah mereka juga akan masuk neraka ? saya kira jawaban yang tepat untuk orang-orang seperti ini  adalah  memberinya secangkir kopi pahit racikan dari Bang Denny sang pakar yang serba tahu ini. Ah ! Semoga pagi ini kopi Bang Denny tidak terasa hambar, hanya siAnida yang tahu. Salam. Joyojuwoto.

Kamis, 07 Juli 2016

Momentum Memaafkan di hari Lebaran

Momentum Memaafkan di hari Lebaran

Pic. by : Abdur Rozaq
Semua umat Islam saya rasa merasakan hadirnya bulan kemenangan setelah sebulan diwajibkan menjalankan ibadah puasa ramadhan. Makna dari dari lebaran atau idul fitri pun saya yakin semua telah khatam, mulai dari berbagai macam penyebutannya, hingga dari penafsiran secara etimologis, penafsiran makna, bahkan sampai ke hal-hal yang bersifat filosofis seperti diwujudkan dalam bentuk filosofi kupat dengan segala pernak-perniknya.

Walau kita umat Islam semua merayakan hari lebaran dan hari kembali kepada kesucian, namun sayang kadang momentum dari idul fitri yang dahsyat ini tidak kita dapatkan kecuali hanya sekedar seremonial belaka. Hanya sekedar pemanis bibir, dan kering dari makna yang sebenarnya. Orang Jawa bilang mung kanggo asok rai, atau pantes-pantesan saja.

Seyogianya momentum idul fitri ini benar-benar kita maknai dengan sepenuh jiwa dan sepenuh keikhlasan hati. Segala macam ucapan permintaan maaf yang kita rangkai dengan indah nan puitis itu benar-benar meresap di kedalaman jiwa kita, bukan sekedar mengucapkan, bukan sekedar latah, dan bukan sekedar copy paste saja.

Ketulusan hati adalah kunci untuk meraih momentum idul fitri, yang mana momentum kembali kepada kesucian ini sebenarnya telah dipersiapkan dengan baik oleh Allah Swt, agar kita benar-benar siap saat akan dilahirkan kembali sebagai jabang bayi yang suci lahir batin. Bentuk dari persiapan itu adalah ramadhan, dengan digembleng di madrasah ramadhan inilah Allah Swt menginginkan hambanya untuk berproses, ramadhan ibarat ulat yang menjalani proses “ngentung” tapa brata dari seekor ulat untuk menjadi kupu-kupu yang cantik.

Jika kita meminta maaf di moment idul fitri, memang itu terbit dari ketulusan permintaan untuk dimaafkan dan jika kita memaafkan itu benar-benar telah menghapus segala kesalahan sesama. Karena siapapun tentu tidak ada yang lepas dari salah, hanya orang yang sombong saja yang merasa dirinya paling benar dan nir dari kesalahan. Oleh karena itu mari kita ikhlaskan betapapun kelamnya masa silam, dendam jangan dipendam, permusuhan jangan dilanggengkan, orang Jawa bilang sing wis ya wis, sing durung ojo dibaleni.

Sehebat apapun permusuhan tentu bisa ada jalan keluar untuk rekonsiliasi, intinya kesadaran dan ketulusan niat tentunya. Contohlah rekonsiliasi yang dilakukan oleh Nabi Yusuf As terhadap saudara-saudaranya, walau bagaimanapun Nabi Yusuf dimusuhi dan didzolimi oleh saudara-saudaranya beliau tidak menaruh dendam, sakit hati tentu Nabi Yusuf pun memendam rasa itu. Bagaimana tidak Yusuf harus mengalami percobaan pembunuhan dari saudaranya sendiri hingga akhirnya Nabi Yusuf terhinakan menjadi seorang budak, dan bahkan terpenjara di balik jeruji besi. Tapi dengan besar hati ketika Nabi Yusuf menjadi pembesar di kerajaan Mesir, saat musim paceklik melanda seantero negeri Yusuf membantu saudara-saudaranya yang sedang dalam masa kesulitan. Yusuf memaafkan saudaranya, Laa Tatsriiba alaikumul yaum, Ah.. kisah yang sangat menyentuh hati.

Tidak hanya itu saja lihatlah bagaimana kebesaran jiwa dan jembar atine Kanjeng Nabi Muhammad SAW, teladan kita, kecintaan kita, saat beliau dakwah di Makkah dimusuhi, dihinakan, dicaci maki, dianggap gila, bahkan Nabi harus terusir dari negeri tercinta Makkah dan akhirnya beliau hijrah ke Madinah. Coba rasakan perasaan Nabi saat terusir dari kampung halamannya, bagaimana pedihnya hati beliau harus berpisah dengan orang-orang yang beliau kasihi, harus meninggalkan tanah tumpah darah di mana beliau dilahirkan...rasakan dengan sepenuh perasaan, aktifkan rasa empati dan simpati kita dengan berbagai macam kepedihan Rasulullah. Tiada kesedihan dan kepedihan yang mampu menguras dan mengeringkan air mata dibanding apa yang dirasakan oleh Rasulullah tentunya.

Ketika Rasulullah SAW berhasil menghimpun kekuatan dan akhirnya terjadi peristiwa Fathu Makkah yang terjadi pada bulan ramadhan tahun ke 8 H, apa yang dilakukan oleh Rasulullah terhadap penduduk Makkah ? apakah terjadi pembalasan dendam, apakah terjadi pembantaian terhadap orang-orang yang dulu sangat keras memusuhi beliau ? Sejarah dengan indah menorehkan tinta emas pada diri Rasulullah, beliau memaafkan penduduk Makkah, dengan penuh kebesaran jiwa Rasulullah SAW bersabda :
لَا تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللهُ لَكُمْ وَهُوَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ

Artinya : “Pada hari ini tidak ada salah bagi kalian. Semoga Allah mengampuni. Dan Dia adalah Maha Penyayang.

Rasulullah SAW pun demikian mengucapkan sebagaimana yang diucapkan Yusuf kepada saudara-saudaranya, memaafkan dan meluoakan kesalahan masa silam. Teladan yang sempurna dari hamba-hamba Tuhan yang luar biasa.

Di momentum hari yang fitri ini semoga kita bisa meneladani kebesaran dan ketulusan jiwa dari Rasul-rasul yang mulia, agar tercipta harmoni kehidupan yang dipenuhi cinta dan kebersamaan untuk bersama-sama meraih ridho Tuhan. Amin. Joyojuwoto

Idul Fitri Yang Tak Lagi Suci

Idul Fitri Yang Tak Lagi Suci

Konon kita tlah beramadhan selama sebulan
Mengikis ego dan keserakahan
Menghapus dendam dan kemarahan

Konon setan-setan dipenjarakan
Agar nafsu kita bebas beribadah dan mengabdi kepada Tuhan
Apakah ramadhan hanya sekedar konon ?
Apakah ibadah dan pengabdian hanya karena nafsu?
Ah ramadhan yang sayang ramadhan yang malang
Hadirmu disambut dengan gempita kegembiraan
Entah gembira seperti apa?
Kepergianmu ditangisi sekaligus dirayakan
Katanya ini hari kemenangan
Orang-orang bergembira-ria bermanis muka
Hari ini hari pengampunan
Orang-orang sama bermaafan
Melebur-lebur dosa menghapus-hapus khilaf 
Tak tahu itu beneran atau sekedar basa-basi tradisi
Katanya ini hari kembali kepada kesucian
Namun dosa-dosa sesama masih rapi tersimpan di laci hati
Yang pada saatnya kita hidangkan di meja-meja kepentingan
Dendam masih kita pelihara
Layaknya tukang sate menjaga bara apinya
Ah ramadhan yang melahirkan idul fitri
Kadang kita tidak benar-benar
suci

Shubuh, akhir ramadhan 1437 H


Jumat, 01 Juli 2016

Keistimewaan dan Kemuliaan Bumi Makkah

Keistimewaan dan Kemuliaan Bumi Makkah

Bumi Makkah adalah kota suci umat Islam sedunia, di dalamnya terdapat bangunan ka’bah yang menjadi kiblat shalat umat Islam. Makkah adalah bumi yang diberkati oleh Tuhan Pemilik Seru Sekalian Alam, tempat ini tentu memiliki keistimewaan lebih dibanding tempat lain di muka bumi. Selain sebagai tempat kelahiran manusia yang paling utama yaitu Nabi Muhammad SAW bumi Makkah juga merupakan kiblat peribadatan tertua di dunia. Hal ini menjadikan bumi Makkah menjadi semacam jujugan bagi para pengembara spiritual untuk memenuhi dan memuaskan dahaga jiwanya.

Makkah adalah tempat yang mendapatkan perlindungan langsung dari Allah Swt ketika pasukan gajah yang dipimpin oleh Raja Abrahah akan menghancurkan Ka’bah.  Kedengkian dan sifat fanatisme Abrahah terhadap Makkah menjadikannya murka dan bersumpah untuk meratakan bangunan Ka’bah. Namun Allah Sang Pemilik Baitullah menjaga dan melindungi Ka’bah dari serangan Raja Habasyah itu. Burung-burung Ababil beterbangan bagai pesawat tempur kemudian melemparkan misil “Sijjil” penghancur berupa kerikil-kerikil tajam dari bara neraka, akibatnya pasukan gajah Abrahah hancur lebur seperti daun-daun yang berguguran dimakan ulat. Kisah kegagalan ekspedisi pasukan gajahnya Abrahah ini diabadikan Allah Swt di dalam surat Al Fiil sebagai pelajaran dan peringatan bagi kita semua.

Walau berada di lembah yang gersang dan sangat panas Makkah selalu dirindukan oleh jutaan umat Islam sedunia, setiap tahunnya umat Islam akan berbondong-bondong untuk melaksanakan ibadah haji di kota Ibrahim ini. tidak hanya itu saja jutaan orang lainnya juga masih banyak yang mengantri untuk bisa menziarahi kota suci itu. Bahkan juga ada jutaan lainnya yang belum diberi kesempatan untuk berangkat ke Makkah sama berdoa dan mendoakan agar mereka segera bisa menyusul dan diberi kesempatan untuk bertamu di rumah Allah itu.

Kerinduan-kerinduan umat Islam dari berbagai penjuru dunia terhadap Makkah tidak lain karena kecintaan mereka pada Allah dan Rasul-Nya, juga berkat do’a dari Nabi Ibrahim As agar tempat yang pada mulamya gersang dan tidak berpenghuni itu diberkahi  dan hati umat manusia dibuat cenderung kepadanya. Ajaib doa Nabi Ibrahim diijabahi oleh Alah SWT dan tercatat Makkah menjadi tempat yang seperti sekarang.

Di dalam Al Qur’an banyak sekali disebutkan keistimewaan-keistimewaan dan kemuliaan dari bumi Makkah Al Mukarramah, diantaranya adalah :
1.      Makkah adalah tempat peribadatan tertua di dunia. Hal ini tercantum dalam Al Qur’an Surat Ali Imron ayat 96 :
   
96. Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia[214].

[214] Ahli kitab mengatakan bahwa rumah ibadah yang pertama dibangun berada di Baitul Maqdis, oleh karena itu Allah membantahnya.
2.      Makkah adalah Negeri yang aman atau Balad Al Amin. Sebagaimana dalam surat At Tin ayat 3 :
   
3. dan demi kota (Mekah) ini yang aman,


3.      Makkah adalah tanah yang suci /tanah haram. Hal ini tercantum dalam surat AN-Naml ayat 91 :
  
91. aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri.


4.      Makkah adalah negeri tempat berkumpulnya dan tempat yang aman bagi manusia. Tercantum dalam surat AL Baqarah ayat 125 :

125. dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan Jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim[89] tempat shalat. dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".

[89] Ialah tempat berdiri Nabi Ibrahim a.s. diwaktu membuat Ka'bah.


5.      Makkah adalah tempat di mana Nabi tinggal dan Allah bersumpah dengan namanya. Sebagaimana dalam surat Al-Balad ayat 1-2 :

1. aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah),
2. dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini,

6.      Makkah juga berarti tempat yang membinasakan para penjajah dan menghilangkan kekuatan musuh.  Dalam surat Al-Fath ayat 24 :
  
24. dan Dia-lah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kamu dan (menahan) tangan kamu dari (membinasakan) mereka di tengah kota Mekah sesudah Allah memenangkan kamu atas mereka, dan adalah Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.


7.      Makkah adalah negeri yang diberkahi sebab doanya Nabi Ibrahim. Dalam surat Ibrahin ayat 37 :

37. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.



Demikian beberapa keistimewaan dan kemuliaan dari bumi Makkah yang ada di dalam Al Qur’an. Semoga kita termasuk orang-orang yang memuliakan dan mencintai Makkah sebagaimana Allah dan para Rasulnya pun memuliakan dan mencintainya. Joyojuwoto