Minggu, 30 April 2017

Bertanam Kebaikan

Bertanam Kebaikan
Oleh : Joyo Juwoto

Dunia adalah ladang bertanam, sedangkan akhirat adalah masa di mana manusia akan menuai apa yang telah ditanamnya saat di dunia.  Jika manusia menanam padi, maka takdir akan berkata padilah yang akan diketamnya, begitu pula jika yang di tanam adalah gulma maka takdir akan berkata kesia-siaan yang akan di unduhnya kelak. Dan ini sudah menjadi sunnatullah-Nya, Wa Lan Tajida Li Sunnatillahi Tabdiilan.

Menarik seperti yang diungkapkan oleh Samuel Smiles bahwa “Taburkanlah suatu pikiran, maka kamu akan menuai perbuatan. Taburkanlah suatu perbuatan, maka kamu akan menuai kebiasaan. Taburkanlah suatu kebiasaan, maka kamu akan menuai karakter. Taburkanlah suatu karakter, maka kamu akan menuai takdir.”

Sesunguhnya sikap seseorang itu bersumber dari pikirannya, jika pikirannya baik dan produktif, maka tentu juga akan melahirkan perbuatan yang baik dan produktif pula, sebaliknya jika pikirannya telah cacat dan rusak, maka jangan harap akan lahir sikap dan perbuatan yang baik dari perilaku seseorang.

Oleh karena itu Pramodya Ananta Toer mengatakan seseorang itu harus sudah adil sejak dalam pikiran, hal ini memiliki makna bahwa jangan sampai kita berpraduga yang tidak-tidak dengan orang atau kelompok lain, kita harus melepaskan itu semua, praduga-praduga itu akan melahirkan sikap yang tidak bijak, karena bibit perbuatan manusia berasal dari pikirannya. Maka adillah sejak dalam pikiran, kata Pram.

Jadi bertanam kebaikan itu dimulai sejak dalam pikiran, oleh karena itu taburlah pikiran yang positif agar nantinya melahirkan perbuatan yang positif pula, hingga nantinya rantai sunnatullah ini sampai pada takdir Tuhan yang akan kita terima.

Jika kita telah memiliki pikiran yang baik, jangan sampai berhenti pada angan-angan, lakukan aksi selanjutnya, yaitu melakukan perbuatan itu dengan sebaik-baiknya. Pikiran tidak boleh berhenti, harus dialirkan menjadi perbuatan agar ide-ide itu tidak rusak di dalam otak, harus aksi, harus diwujudkan menjadi sebuah perbuatan fisik.

Pablo Picasso berkata : “Yang penting adalah apa yang kita lakukan, bukan apa yang ingin kita lakukan.” Melakukan ini sangat penting sekali, sebaik apapun apa yang ingin kita lakukan , namun hanya sebatas ide dan di dalam pikiran, maka itu hanyalah semu belaka. Lakukanlah apa yang ingin kita lakukan dengan baik, sehingga nantinya akan menjadi kebiasaan yang baik pula.

Kebiasaan-kebiasaan yang terus kita lakukan secara terus menerus akan menjadi watak dan karakter, dari watak dan karakter inilah Allah akan memberikan takdirnya kepada kita. Allah tidak akan menyia-nyiakan usaka dan kerja keras dari hamba-hamba-Nya.

Oleh karena itu mari terus bertanam kebaikan, sekecil apapun itu, agar kelak tanaman-tanaman yang kita semai di dunia ini, bisa kita petik dan kita nikmati hasilnya di hari pembalasan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar