Senin, 29 Mei 2017

Sehat Dengan Berpuasa

Hari Ke-3 Ramadhan
Sehat dengan Berpuasa
Oleh : Joyo Juwoto


Dalam sebuah hadits  Rasulullah Saw bersabda : 
"Berpuasalah agar kamu sehat" (HR. At Tirmidzi). Rasulullah bukanlah seorang dokter, namun beliau tidak mengatakan sesuatu kecuali bersumber dari wahyu Tuhan, dan tentu kita mengimani apa yang beliau sabdakan.


Berpuasa adalah salah satu cara untuk memelihara kesehatan, hal ini berdasarkan hadits di atas. Setelah ilmu kedokteran berkembang apa yang disabdakan Nabi ternyata memang terbukti, bahwa puasa itu menjadikan tubuh semakin sehat.

Karena pada dasarnya sumber penyakit fisik manusia berasal dari perutnya, berasal dari makanan dan pola makan seseorang. Seorang dokter, Harits bin Kaldah mengatakan : "Lambung adalah rumah penyakit" jika kita sembarangan dalam mengisi lambung, maka hal itu akan memicu berbagai macam penyakit yang membahayakan tubuh kita.

Oleh karena itu, Allah mensyariatkan berpuasa, selain sebagai sarana untuk meningkatkan kesehatan ruhani, puasa juga meningkatkan kesehatan jasmani. Lambung bekerja sepanjang hidup manusia tiada henti, maka lambung perlu mendapatkan keringanan mencerna makanan, dengan cara berpuasa minimal satu tahun sekali.


Oleh karena itu, jika seseorang berpuasa dengan baik, mengikuti sunnah Nabi, insya Allah berpuasa sangat menyehatkan dan bermanfaat untuk kesehatan seseorang.

Diantara yang dianjurkan adalah menyegerakan berbuka, jangan ditunda karena seharian penuh perut kita kosong, maka saat terdengar bedug magrib segera kita berbuka. Untuk berbuka puasa jangan terlalu banyak, cukup dengan air putih dan makanan yang manis. Kurma menjadi pilihan yang baik, karena  banyak mengandung zat yang mudah diserap oleh tubuh, untuk mengganti asupan makanan yang hilang setelah seharian kita berpuasa.

Namun kebanyakan dari kita, khususnya saya sendiri jika berbuka puasa itu seperti orang yang tidak pernah makan saja, semua ingin kita makan, sehingga menjadikan perut kita kelelahan. Setelah makan terbitlah ngantuk, dan kadang tertidur. Padahal menurut kesehatan, tidak baik setelah makan langsung tidur, minimal harus ada jeda 1 bahkan sampai 2 dan tiga jam.

Ya setidaknya setelah menjalankan shalat tarawih, kita bisa ke peraduan untuk tidur. Jika kita berpuasa dengan sebaik-baik puasa insya Allah tubuh ruhani dan jasmani kita akan sehat selalu. Selamat menjalankan ibadah puasa.

*Joyo Juwoto, Anggota Komunitas Kali Kening

Minggu, 28 Mei 2017

Dua Cahaya Syafaat

Hari Ke- 2 Ramadhan
Dua Cahaya Syafaat
Oleh : Joyo Juwoto


Secara naluri makhluk hidup akan bergerak dan berjalan menuju tempat yang terang. Cahaya adalah sumber dan kekuatan yang menarik agar makhluk hidup mendekat. Jika kita menanam tanaman di tempat yang tertutup, maka tanaman itu akan tumbuh dan bergerak ke arah ruang terbuka yang ada cahayanya.

Begitu juga dengan naluri dasar manusia, akan menyenangi jalan terang yang penuh cahaya, dibandingkan berjalan di tengah kegelapan.

Bulan ramadhan adalah bulan yang dipenuhi cahaya, maka kedatangan ramadhan ini sangat dinantikan oleh orang-orang yang beriman. Pada bulan ini orang-orang sama berlomba menjalankan ibadah baik mahdhoh, ataupun ghairu mahdhoh, demi mendapatkan sepercik cahaya dari bulan yang mulia ini.

Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda : "Puasa Dan Al Qur'an akan memberikan syafaat kepada hamba di hari kiamat" hadits ini menegaskan bahwa jika kita benar-benar dalam menjalankan ibadah puasa dan menghiasi hari-hari puasa dengan banyak membaca dan mentadabburi Al Qur'an, maka kelak insya Allah kita akan mendapatkan cahaya syafaat dari ibadah puasa dan tilawah Al Qur'an kita.

Oleh karena itu, mumpung kita masih di bulan ramadhan, mari menjalankan ibadah puasa yang baik dan memenuhi hari dengan membaca Al Qur'an. Semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya.Aamiin.

Sabtu, 27 Mei 2017

Resolusi Ramadhan

Hari Ke-1 Ramadhan

Resolusi Ramadhan 
Oleh : Joyo Juwoto


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah dengan karunianya yang berlimpah, kita dipertemukan kembali dengan bulan yang mulia, bulan yang agung, yaitu bulan Ramadhan yang penuh keberkahan.
Kesyukuran bertemu dengan bulan Ramadhan tentu tidak hanya sekedar kesyukuran verbal semata, tidak hanya kesyukuran dengan mengunggah ungkapan-ungkapan yang indah nan memukau di sosial media semata, namun yang terpenting adalah tindakan dan amal kita dalam berbulan Ramadhan. Semoga Allah memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita untuk bisa beramadhan dengan baik dan produktif. Sehingga ramadhan kita benar-benar bermakna ramadhan bukan sekedar seremonial belaka.

Oleh karena itu hendaknya ada target dan resolusi yang perlu kita buat dalam Ramadhan tahun ini. Seseorang akan lebih tertantang jika membuat target-target, secara psikologis semangat untuk mencapai bahkan melampaui target akan semakin kuat jika telah kita tentukan sejak awal. Oleh karena itu cobalah membuat taget untuk Ramadhan tahun ini.

Target itu bisa berupa banyak hal, seperti target khatam 3 juz dalam bulan ramadhan, target tidak berhenti qiyamul lail, target shalat tarawih, target menghafal ayat-ayat suci Al Qur'an dan hadits, target menulis satu naskah buku, atau mungkin ada yang punya target puasanya tidak bolong-bolong, dan tentu masih banyak target lain yang ingin kita capai.

Saya sendiri bukanlah tipe orang yang suka menentukan target, hidupku lebih banyak mengalir apa adanya bergantian seperti matahari yang terus berputar tanpa henti, atau seperti air yang natural mengalir, sehingga saya menghadapi hidup juga senatural mungkin mengikuti irama yang ada.

Namun demikian bukan berarti saya tidak punya keinginan dan target, khususnya di bulan ramadhan tahun ini saya punya target dan harapan juga, semoga harapan itu diperkenankan dan mendapatkan kemudahan dari Allah Swt.

Semoga kawan-kawan juga punya resolusi dan target di ramadhan tahun ini, saya ikut mendoakan semoga apa yang menjadi target kawan-kawan semua bisa tercapai bahkan terlampaui.

Ayo kawan, segera tentukan target resolusimu, dan laksanakan. Semoga Allah Swt mengijabahi. Aamin.

Kamis, 25 Mei 2017

Memoar Kopdar SPN IV di ITS Surabaya

Memoar Kopdar  SPN IV di ITS  Surabaya
Oleh : Joyo Juwoto*

Kopdar Komunitas Literasi Sahabat Pena Nusantara (SPN) selalu menggelegar dan meledakkan semangat berliterasi serta menghasilkan karya. Bagaimana tidak, tema kopdar yang diusung di kopdar keempat yang diselenggarakan di Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, 21 Mei 2017 ini sangat provokatif, “Satu Buku Sebelum Mati” sebuah tema yang makjleb tepat menusuk jantung para peserta kopdar.

Siapapun yang hadir dalam Kopdar di ITS tentu akan terbakar semangatnya untuk menulis, meminjam istilah Ketua SPN, M. Husnaini “kobong ndase” (terbakar kepalanya) untuk berkarya dan menghasilkan buku, minimal satu buku ditulis sebelum mati. Apalagi pada saat kopdar para peserta mendapatkan motivasi dan latihan menulis secara langsung dari para pakar. Sebut saja ada Doktor Ngainun Naim, Pak Hernowo Hasim, dan juga sang provokator menulis Pak Much. Khoiri yang akrab dipanggil pak Emcho.

Selain mendapatkan materi tentang menulis satu hal yang juga tidak kalah pentingnya adalah bertemu dengan para penulis dari seluruh penjuru Indonesia, bahkan ada yang datang dari Malaysia, karena memang SPN sekarang sudah punya cabang di sana, yang diketuai oleh Ibu Rita Audriyanti. Bertemu saja itu rasanya sudah memberikan efek positif, benar sekali yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw, bahwa berteman dengan penjual minyak wangi akan ikut kebagian bau wangi dan harum, begitu pula berteman dengan para penulis tentu kita juga akan ketularan menjadi penulis, setidaknya itu yang saya rasakan.

Saya merasa beruntung saat kopdar SPN IV bisa berada di tengah-tengah orang-orang hebat, aura positif benar-benar merasuk dalam pori-pori kesadaran  saya, bahwa menulis sangatlah penting. Pak Emcho membuat semboyan “Menulis atau Mati” (write or die!) semboyan ini tentu menjadi kekuatan yang luar biasa dan menggugah kesadaran bagi saya, bahwa menulis adalah sebuah kewajiban dan keharusan.

Pak Emcho menegaskan bahwa menulis sebagai sebuah kewajiban didasari dari Firman Tuhan yang pertama kali turun, yaitu Iqra’ yang berarti bacalah. Membaca di sini erat kaitannya dengan menulis, karena tanpa ada sesuatu yang ditulis maka mustahil kita bisa membaca.

Sesuai dengan tema yang dibawakan oleh Pak Emcho “Menulis Buku Untuk Warisan: Jangan Mati Sebelum Menulis Buku” maka mari kita mewariskan buku untuk generasi ke depan, karena semua penulis tentu akan mati dan hanya karyanya yang akan abadi. Maka mengabadilah dengan berkarya yang sebanyak-banyaknya. Salam Literasi.


Joyo Juwoto, Santri Pondok Pesantren ASSALAM Bangilan Tuban. Telah menulis dua buku solo, Jejak Sang Rasul (2016); Secercah Cahaya Hikmah (2016), dan menulis beberapa buku antologi.”

Purna TK Naila

Purna TK Naila
Oleh : Joyo Juwoto

Tak terasa waktu terus bergulir, detik, menit, jam, hari, bulan berakumulasi menjadi  tahun. Naila, anakku yang pertama telah mengakhiri masa belajarnya di TK Muslimat Nu Bangilan, dan kini saatnya ia memasuki sekolah tingkat dasar.
Sebagai orang tua saya sangat berterima kasih kepada guru-guru yang ada di TK Muslimat NU Bangilan, karena dengan rela dan penuh dengan bakti keihklasan membimbing anak saya tentang banyak hal, mulai dari mengenalkan huruf-huruf, merangkainya menjadi kalimat, mengajari mengeja kata, doa-doa, praktek shalat, membaca, bersosialisasi, ketrampilan motorik maupun psikomotor, dan tentu masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan.

Saya tak mampu membalas dan memberikan apapun, kecuali mengucapkan  terima kasih yang tak terhingga. Semoga jasa-jasa beliau mendapatkan balasan kebaikan dari Allah Swt, menjadi ilmun nafi’ yang mengalirkan pahala jariyah. Aamin ya Rabbal ‘alamin.

Pendidikan anak seharusnya adalah tanggung jawab orang tua sebagai amanah dari Tuhan, namun orang tua bisa mewakilkannya kepada guru-guru yang terpercaya. Dengan tetap ikut serta terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembelajaran tersebut.

Saya merasa bahagia selama menjalani proses belajar, perkembangan Naila cukup baik. baik di sini bukan berarti selalu dengan prestasi yang menonjol, dan selalu ranking juara satu. Saya tidak begitu memprioritaskan masalah ini, juara dan tidak juara adalah bagian proses dari pembelajaran semata, bukan sebuah kenicscayaan. Bagi saya, anak bisa melewati masa belajarnya dengan nyaman dan penuh kebahagiaan adalah sebuah anugerah yang tak terkira.

Walau demikian prestasi juga penting, namun menurut saya bukan satu-satunya yang terpenting. Ranking-ranking hanya sebagai tolak ukur bagi perkembangan anak, bukan sebagai ajang gengsi. Jadi masalah ini saya tidak pernah mempermasalahkannya.

Di akhir semester pertama maupun kedua sebelum penerimaan raport, biasanya diadakan berbagai macam lomba yang diikuti oleh anak-anak. Begitu juga dengan anak-anak TK Muslimat Bangilan. Ada lomba bercerita, menggambar, mewarnai, lomba ketangkasan, lomba menghafal doa-doa dan surat-surat pendek, wudhu, lomba gerakan dan bacaan shalat, dan lain-lainnya. Lomba ini adalah dalam rangka memberikan motifasi bagi orang tua dan anak didik untuk meningkatkan kemampuan anak.

Siapapun yang anaknya mendapatkan prestasi dan juara tentu akan sangat senang. Begitupula dengan saya. Namun saya selalu mengatakan kepada Naila, bahwa tujuan lomba bukan dalam rangka juara, namun lebih pada belajarnya. Alhamdulillah Naila memahami apa yang saya ucapkan. Dia telah punya bayangan dan pemahaman bahwa tidak mendapat piala juara tidak apa-apa.

Karena tidak target untuk juara, yang menjadi masalah akhirnya persiapan lombanya kurang maksimal. Bahkan di semester pertama hampir tidak ada persiapan sama sekali. Dari berbagai lomba yang diikuti hampir semuanya kurang meyakinkan untuk keluar sebagai juara. Namun sangat mengejutkan, dan bahkan Naila sendiri mengaku terkejut dan tidak menyangka ketika namanya dipanggil untuk menerima tropi. Ya ternyata Naila dapat juara satu untuk lomba bercerita, dan lomba fashion show, sehingga Naila mendapatkan juara umum ketiga di TK Muslimat Nu Bangilan.

Begitu juga di lomba akhir semester genap. Berkaca pada pengalaman di semester pertama, akhirya Uminya Naila berusaha mempersiapkan lomba dengan sebaik-baiknya. Lebih baik dari semester pertama. Namun namanya anak ya begitulah, belajar semaunya dan sesuka hatinya. Apalagi Naila juga tidak punya keinginan mendapatkan trofi. Dia merasa telah punya trofi. Tapi Alhamdulillah di semester kedua Naila kembali terkejut dan mendapatkan trofi dengan tetap di posisi ketiga sebagai juara umum lomba. Adapun prestasi yang diraih Naila di semester kedua adalah juara satu lomba menggambar dan juara satu lomba ketangkasan.

        Saya bersyukur kini Naila telah purna dari TK, dan segera memasuki jenjang baru di sekolah dasar. Saya berharap Naila dan anak-anakku semua, menjadi anak-anak yang sholeh-sholehah dalam ridho dan lindungan Allah Swt. Aamin ya rabbal ‘alamin

Rabu, 24 Mei 2017

Prinsip Menyunting Naskah

Prinsip Menyunting Naskah
Oleh : Joyo Juwoto

Naskah yang baik adalah naskah yang telah lolos uji  editing, sebaik apapun naskah jika belum di edit atau disunting maka kemungkinan typo maupun kesalahan dalam hal lain tentu masih ada. memang tidak ada naskah yang sempurna, namun jika telah diedit maka hal ini akan mengurangi kesalahan-kesalahan dalam penulisan.

Sehebat apapun penulis jika naskahnya tidak melewati proses penyuntingan maka kemungkinan salah masih ada, oleh karena itu proses penyuntingan naskah ini sangat penting untuk dilakukan. Pada dasarnya tugas penulis memang menulis, sedang perbaikan naskah untuk siap terbit menjadi tugas penyunting, begitu kata Pak Dr. Ngainun Naim, mengutip pendapat dari Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag.  pada saat memberikan materi menyunting naskah yang disampaikan saat kopdar Komunitas Sahabat Pena Nusantara (SPN) di Gedung Rektorat Kampus ITS Surabaya.

Menyunting Naskah adalah tugas yang berat, karena seorang penyunting harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam menyunting naskah. Mungkin kita akan lebih suka menulis tema-tema baru daripada harus menyunting naskah kita sendiri, oleh karena itu tidak ada salahnya jika tugas menyunting ini kita serahkan kepada orang lain.

Menurut Pak Ngainun menyunting naskah yang baik itu sebaiknya tidak dilakukan bersamaan dengan proses menulis. Jadi pada saat menulis, menulislah dengan tenang tanpa terbebani untuk menyuntingnya. Setelah tulisan jadi, penulis bisa mendiamkannya terlebih dahulu beberapa saat, bisa dalam hitungan jam, jeda hari, atau pada waktu yang dianggap tepat untuk menyunting. Intinya setelah selesai menulis jangan langsung diedit, diamkan beberapa saat.

Sebagai penulis yang baik idealnya tidak hanya menulis saja, namun juga mampu menyunting naskahnya sendiri, karena bagaimanapun juga yang mengerti dengan benar dan tepat dari isi tulisan tentu penulisnya sendiri, sedang hal-hal yang berkenaan dengan teknis menulis seperti tanda baca, titik dan koma serta yang berkenaan dengan EYD kalau penulis belum mahir benar bisa meminta seseorang untuk membantu menyuntingnya. Tapi setidaknya penulis harus mempelajari hal-hal yang berkenaan dengan dunia tulis menulis ini.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyunting naskah, sebagaimana yang disampaikan saat kopdar SPN di Kampus ITS Surabaya oleh Dr. Ngainun Naim adalah sebagai berikut :

1.   Mencermati dan mengoreksi ulang naskah yang telah selesai ditulis. Jangan sampai sebuah naskah tidak melewati fase ini. Karena pada proses inilah naskah akan dibaca ulang, baik oleh penulis sendiri maupun oleh orang lain.
2.   Melakukan pengecekan terhadap alur paragraf.
3.   Mengecek akurasi informasi dan pernyataan yang terdapat dalam tulisan.
4.   Mengolah kalimat menjadi efektif, hemat, ringkas.
5.   Kata “yang”, “adalah”, “tentang”, “dari”, dan “oleh”, sebaiknya dihindari jika tidak membuat kalimat semakin efektif.
6.   Kalimat positif selalu lebih kuat.
7.   Diksi atau pilihan kata yang tepat dan kuat.


Demikian beberapa prinsip yang harus ditaati saat menyunting sebuah naskah, biar naskah siap di masak dan disajikan menjadi sebuah buku yang enak dan renyah dinikmati oleh pembaca. Karena pada dasarnya menulis seperti mengolah dan menyajikan makanan. Selamat berlatih menyunting dan salam literasi.

Senin, 22 Mei 2017

Free Writing ala Hernowo Hasim

google.com
Free Writing ala Hernowo Hasim
Oleh : Joyo Juwoto

Minggu kemarin, (21 Mei 2017) saat Kopdar Komunitas Literasi Sahabat Pena Nusantara (SPN) yang diadakan di Surabaya, tepatnya di ruang Rektorat ITS, saya sangat beruntung, walaupun hadir agak telat namun saya masih bisa mengikuti pelatihan menulis yang diampu oleh penulis produkif, Bapak Hernowo Hasim.

Dalam materinya Pak Her menyampaikan kepada para peserta Kopdar tentang “Latihan “Menulis mengalir bebas” untuk menyamankan dan melejitkan kemampuan menulis.” Perlu diketahui bahwa konsep menulis mengalir bebas, atau free writing ini ternyata mampu melejitkan kemampuan menulis seseorang. Pak Hernowo tidak sedang berteori, namun hal ini pun telah dialaminya sendiri.

Bukan sebagai penulis yang memiliki latar belakang ilmu bahasa maupun sastra, namun dalam kurun waktu 4 (empat) tahun Pak Hernowo mampu menulis dan menerbitkan 24 judul buku. Sungguh capaian yang sangat luar biasa dahsyat.

Secara sekilas free writing adalah latihan menulis bebas dengan beberapa tingkatan yang perlu dilalui oleh seorang yang ingin menulis. Dan istimewanya free writing ini bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa memandang status, gelar, maupun kemampuan menulis seseorang. Jadi dengan latihan free writing Anda dijamin bisa menulis.

Sekali lagi saya merasa senang dan bersyukur bisa bertemu dengan Pak Hernowo, tidak hanya berbicara dan berteori muluk-muluk dalam memberikan materi menulis, namun beliau langsung memberikan contoh konkrit, sekaligus langsung mempraktekkannya di depan mata para peserta kopdar.

Tekhnik free writing yang dipakai oleh Pak Hernowo Hasim adalah hasil praktek dan elaborasi dari free writing ala Elbow dan Goldberg. Berlatih free writing ini memiliki tiga jalur yang bisa dimanfaatkan oleh seorang yang mulai berlatih menulis. Jalur Pertama adalah menulis untuk membebaskan pikiran, jalur yang kedua untuk mengeksplorasi gagasan yang ada di dalam pikiran seseorang, dan jalur yang ketiga adalah menulis untuk mengikat makna.

Disetiap jalur free writing tadi, kita harus dalam menentukan durasi waktunya, semisal 2-5 menit untuk jalur pertama, 10 menit untuk jalur kedua, dan 15 menit untuk jalur yang ketiga. Dan ini harus dilakukan dengan konsisten, sambil menyetel alarm, agar durasi menulis kita tepat waktu.

Menurut Pak Hernowo, jalur pertama untuk menulis yang membebaskan, silahkan setel alarm dengan tempo 2 atau 5 menit. Setelah itu tulislah apapun dengan bebas tanpa terbebani susunan kalimat atau kosakata apapun. Pokoknya tulislah sesuatu tanpa bentuk sekalipun hingga bel alarm berbunyi. Pak Hernowo lalu praktek selama 3 menit, dan beliau menulis tanpa berfikir dan hanya menekan tuts-tuts key board yang ada di laptopnya, dan hasilnya tanpa makna seperti ini : “bahakkahaskjdnjdbk.sddur/kwiwhwyfw,jcs c;bshe” Yang terpenting beban yang menekan dalam menulis lepas dan hilang. Dan siapapun tentu bisa melakukan ini.

Dalam jalur kedua adalah mengeksplorasi gagasan yang ada di dalam pikiran. Siapapun tentu memiliki pengetahuan dan pengalaman, baik yang dilakukan secara langsung, yang dilihat, yang dirasakan atau mungkin dari hasil membaca buku. Pengetahuan dan pengalaman ini tentu bersebaran di dalam pikiran seseorang. Jalur kedua inilah yang natinya kita gunakan untuk memfokuskan pada salah satu tema yang akan kita tulis.

Semisal  kita akan menulis tema “Kehilangan” maka eksplorlah hal-hal yang berkenaan dengan kata kehilangan. Kita bisa menggunakan kata tanya untuk merangsang kerja otak dan mencari informasi di dalam pikiran kita. dalam prakteknya Pak Hernowo menulis selama 10-15 menit tanpa henti menggerakkan jari jemarinya. Beliau pun tidak terlalu berfikir tentang bentuk tulisan akan menjadi apa, bahkan tulisan itu nyambung ataukah tidak, yang terpenting eksplor terus tema tersebut tanpa henti hingga alarm berbunyi. Nantinya setelah tulisan selesai kita bisa melihat ulang dan menatanya kembali agar lebih baik dan nyambung.

Di dalam jalur ketiga menulis untuk mengikat makna tentu kita harus membaca buku terlebih dahulu. Dari apa yang kita baca kita tuangkan kembali dalam bentuk tulisan dan kita kaitkan dengan pengetahuan yang ada dalam pikiran kita. Setel alarm 10 atau 15 menit kemudian mulailah menulis tanpa henti tentang apa yang baru kita baca. Lakukan latihan ini berkali-kali dengan penuh kedisiplinan, maka kemampuan menulis kita insya Allah akan meningkat.


Silahkan mencoba, “Latihan “Menulis mengalir bebas” untuk menyamankan dan melejitkan kemampuan menulis.” Dan jangan lupa mengirimkan doa untuk Pak Hernowo Hasim, sebagai bentuk terima kasih kepada beliau yang telah membagikan ilmu kepada kita. Semoga beliau selalu sehat dan dalam lindungan Allah Swt. Aamin ya Rabbal ‘alamin. 

Dunia Anak

Dunia Anak
Oleh : Joyojuwoto

Pagi ini saya mengantar Nafa, anak kedua saya yang sekarang mulai masuk play group. Di sekolah tempat anak saya sekolah, saya melihat keceriaan yang luar biasa. Ya dunia anak adalah dunia yang penuh dengan kebahagiaan dan keceriaan.

Anak-anak sama bermain bersama teman-temannya, bersama ustadzahnya. Sekolah anak memang sekolah bermain, anak-anak belum waktunya untuk diajari pengetahuan ini itu, kecuali diajari untuk bermain dan bergembira.

Oleh karena itu, pra sekolah anak disebut sebagai play group, kelompok bermain. Jadi permainan bagi anak sangatlah penting, bagi tumbuh berkembangnya jiwa dan raga anak.

Kita sebagai orang tua tidak perlu galau jika anak kita belum diajari membaca dan menulis di usianya yang masih play group atau TK, karena memang diusia itu anak lebih membutuhkan bermain daripada belajar membaca dan menulis. Jadi ikuti saja perkembangan anak secara alamiah, nanti pada saatnya saya yakin kemampuan itu pasti dilampauinya.

Kadang kala orang tua ada yang menuntut anaknya untuk bisa ini dan itu tanpa mempertimbangkan perkembangan psikologis anak, kita lupa ada banyak fase yang harus dilalui, jadi bersabarlah dalam proses tumbuh berkembangnya anak baik secara jasmani maupun rohani.

Yang paling penting dalam dunia anak adalah keteladanan, jadi jika kita menginginkan ini dan itu pada diri anak, maka kita harus berkaca, apakah kita telah memberikan teladan yang baik?

Dalam sebuah maqalah dikatakan alwaladu sirru waalidihi, anak adalah rahasia dari orang tuanya, maka saya sangat setuju dengan ungkapan yang menyatakan bahwa "Jangan takut untuk tidak didengar anak, tapi takutlah jika dilihat anak.

Oleh karena itu, mari menjadi teladan yang baik untuk anak-anak kita.Cause You are model. #joyo

Kamis, 18 Mei 2017

Inilah Dalil Perayaan Hari Ulang Tahun

Inilah Dalil Perayaan Hari Ulang Tahun
Oleh : Joyo Juwoto

Kita memang tidak pernah mendengar secara langsung ayat Al Qur’an yang memerintahkan untuk menyelenggarakan pesta ulang tahun, kita juga belum pernah membaca dalam sirah nabawiyyah, bahwa Nabi Muhammad yang menjadi suri tauladan umat manusia menggelar acara ulang tahun. Namun walaupun demikian bukan berarti perayaan hari ulang tahun tidak ada contoh dan dalilnya.

Janganlah mudah menuduh dan menyatakan sesuatu yang tidak ada contoh dan dalilnya adalah sebuah bid’ah, menurut pemahaman saya, bid’ah itu berkenaan dengan pelaksanaan ibadah mahdoh yang sudah jelas diterangkan baik di dalam Al Qur’an maupun dari penjelasan hadits Nabi. Semisal Sholat Magrib itu tiga rakaat, lalu karena kita semangat dalam beribadah, maka kita tambah rakaatnya menjadi sebelas, maka hal ini termasuk bid’ah, dan tentu sangat jelas dholalahnya dan jelas kullu dholalahnya fin nar.

Jika berkenaan dengan muamalah, maka tidak perlu ada tudingan-tudingan dholalah. Saya pernah mendengar ketika Rasulullah memberikan saran dalam hal penyerbukan kurma, dan ternyata kurma yang itu hasilnya kurang bagus, kemudian Nabi pun bersabda : Antum a’lamu bi amri dun-yaakum” (Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian).

Dari hadits di atas mengisaratkan bahwa berkenaan dengan hal-hal keduniaan adakalanya Rasulullah Saw memberikan kebebasan kepada umatnya untuk melakukan hal-hal yang dianggap baik dan bermanfaat bagi kehidupan. Oleh karena itu berhati-hatilah dan jangan mudah menuduh dan menuding.

Untuk dalil tentang perayaan hari ulang tahun pun jika kita cermati, Rasulullah Saw memberikan peluang bagi umatnya untuk menyelenggarakan perayaan itu, sekiranya itu dipandang positif dan tidak mengandung gharar yang berbahaya bagi kehidupan. Jika memang berbahaya tentu tanpa larangan dari siapa pun kita wajib bagi kita untuk meninggalkannya.

Dalam Al Qur’an sendiri secara tegas juga tidak ada dalil yang menyuruh umat Islam untuk menyelenggarakan pesta ulang tahun. Namun demikian, melangsungkan perayaan ulang tahun juga tidak ada larangan yang jelas dan tegas di dalam ayat-ayat suci Tuhan. Kita sebagai manusia hendaknya bisa menggali dan mentadabburi ayat-ayat suci Tuhan tersebut dalam rangka untuk mencari kemanfaataan dan kemaslahatan bersama.

Secara tersirat, di dalam Al Qur’an, surat Maryam ayat 15 dan 33,  menerangkan tentang doa dan harapan baik pada saat hari kelahiran, dan ini bisa kita pakai landasan dalam melaksanakan perayaan hari ulang tahun. Tentu perayaan yang diperbolehkan adalah perayaan yang dilakukan dengan cara yang baik dan dengan tujuan yang baik pula.Coba kita simak bunyi surat Maryam ayat 15 dan 33, sebagai berikut :

Ùˆَسَلامٌ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙŠَÙˆْÙ…َ ÙˆُÙ„ِدَ ÙˆَÙŠَÙˆْÙ…َ ÙŠَÙ…ُوتُ ÙˆَÙŠَÙˆْÙ…َ ÙŠُبْعَØ«ُ Ø­َÙŠًّا (١٥)

15. Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.

Ùˆَالسَّلامُ عَÙ„َÙŠَّ ÙŠَÙˆْÙ…َ ÙˆُÙ„ِدْتُ ÙˆَÙŠَÙˆْÙ…َ Ø£َÙ…ُوتُ ÙˆَÙŠَÙˆْÙ…َ Ø£ُبْعَØ«ُ Ø­َÙŠًّا (٣٣)

33. dan Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaKu, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".

Demikian sedikit pemaparan saya dan hasil iqra’ terhadap ayat-ayat suci yang tersurat maupun yang tersirat yang ada di dalam kitab al Qur’an maupun di dalam  kitab kehidupan. Namun perlu saya garis bawahi bahwa apa yang saya paparkan bukanlah bersifat fatwa ataupun menjadi sebuah landasan hukum bersama yang mengikat. Karena bagaimanapun juga perayaan yang sedemikian adalah sebuah kajian fikih yang siapapun boleh berbeda dan berpendapat yang tidak sama.

          

Rabu, 17 Mei 2017

Merayakan ulang, Tahun Bolehkah ?

Merayakan ulang Tahun, Bolehkah ?
Oleh : Joyo Juwoto

Perayaan ulang tahun sekarang sudah biasa dan menjadi tradisi yang semarak di tengah-tengah masyarakat. Sebagai seorang muslim yang memiliki kitab suci sebagai pedoman hidup, dan teladan sempurna Nabi Muhammad Saw,  tentu kita bertanya-tanya, bolehkah seorang muslim merayakan hari ulang tahun ? Apakah Nabi Muhammad Saw juga memberikan contoh dengan menggelar perayaan ulang tahun di hari kelahirannya ?

Secara sekilas jika kita mencari dalil tentang ulang tahun, baik di Al Qur'an maupun hadits tentu kita kesulitan untuk mencarinya. Karena secara syar'i memang tidak ada perintah yang jelas mengenai pelaksanaan hari ulang tahun, pun demikian juga tidak kita temui dalil yang menunjukkan larangan untuk menyelenggarakan pesta hari kelahiran.

Jika perintahnya tidak ada baik di dalam Al Qur'an maupun hadits Nabi, seyogyanya kita harus berhati-hati dalam melaksanakan perayaan hari ulang tahun ini, demikian pula jika larangannya tidak kita temui baik di dalam Al Qur'an dan hadits maka kita juga perlu hati-hati memberikan label pelarangan terhadap perayaan ini. Jangan sampai Allah Swt melarang suatu perbuatan kemudian kita melaksanakannya, begitu pula jangan sampai Allah Swt memperbolehkannya namun justru kita mengharamkannya. Kedua-duanya adalah sikap yang tidak baik dalam beragama.

Oleh karena itu kita harus memahami dengan apa yang kita lakukan, baik untuk melaksanakan ataupun meninggalkan suatu amal perbuatan. Seorang muslim yang baik, tidak akan gegabah dalam mengerjakan sebuah perbuatan apalagi jika perbuatan itu nantinya dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya, begitu pula, seorang muslim yang baik tidak akan memberikan tuduhan-tuduhan yang gegabah dan ngawur terhadap amal perbuatan yang belum jelas salah benarnya. Kita membutuhkan kearifan-kearifan dalam menyikapi sebuah permasalahan di tengah-tengah masyarakat.

Seperti yang saya bahas mengenai perayaan ulah tahun, ini juga memicu adanya pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat. Ada yang memperbolehkan dan ada pula yang melarangnya. Bahkan ada yang tidak segan-segan memberikan label bid'ah dholalah, dan menuduh bahwa perayaan ulang tahun menyerupai orang kafir dan lain sebagainya. 

Lalu bagaimana sebenarnya hukum merayakan hari ulang tahun ? Menurut saya semua tergantung niat orang yang menjalankannya. Bukankah segala tindakan yang kita lakukan tinggal niat kita ? seseorang boleh melihat lahir kita namun batin hanya Allah yang tahu, jadi jangan sampai semua kita anggap sama tanpa melihat niat dibalik perayaan hari ulang tahun. Jika niatnya adalah dalam rangka silaturrahmi, menjaga hubungan bertetangga yang baik, saling berbagi, saling mendoakan, menyukuri nikmat Tuhan, tentu hal ini sama sekali tidak bertentangan dengan hukum syariat.

Namun jika niatnya salah, seperti pamer, riya, sombong, saya kira tanpa perayaan ulang tahun pun niat seperti itu sudah haram dan dilarang oleh ajaran agama. Jadi tanpa perlu mencari dan mengeluarkan banyak dalil syar'i saya kira hal yang sedemikian ini bisa dipahami bersama dengan baik. 

Jika ada yang menanyakan dali dari Al Qur'an, kan tidak semua permasalahan tertulis jelas di dalam nash, ada metode qiyas dalam pengambilan hukum dari Al Qur'an, ada pula yang Allah menginginkan manusia berfikir dan mengambil hukum terhadap apa yang ada di dunia ini. Walau tentu kita tidak boleh gegabah tentunya. 

Dari apa yang saya jelaskan secara singkat di atas, tentu kita bisa menyimpulkan sendiri tentang hukum perayaan hari ulang tahun maupun perayaan-perayaan lainnya. Yang terpenting adalah bagi umat Islam adalah mempererat tali ukhuwwah Islamiyah, dan saling menghormati terhadap segala perbedaan. Jangan saling tuding, jangan saling memperolok, dan jangan saling menghina, karena kita adalah saudara.





Lorong Sunyi Hari Buku Nasional

Lorong Sunyi Hari Buku Nasional
Oleh : Joyo Juwoto

Saya sendiri juga kurang tahu dan tak banyak ambil peduli dengan Hari buku Nasional, jika tidak karena bergabung di Komunitas Literasi, tentu saya tidak akan tahu, dan tidak akan berusaha cari tahu jika hari ini, 17 Mei diperingati sebagai hari  Buku Nasional.

Setelah saya melihat di laman Google penentuan hari Buku Nasional yang jatuh pada tanggal 17 Mei merupakan ide dari Menteri Pendidikan Nasional dari kabinet Gotong Royong, Abdul Malik Fadjar sejak tahun 2002. Penentuan hari buku ini didasarkan pada momentum pendirian Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) di Jakarta pada 17 Mei 1980.

Dalam setiap motivasi dan statemen sering saya baca bahwa Perpustakaan adalah jantungnya peradaban, yang namanya jantung itu kerjanya mendorong dan memompa darah untuk menghidupi sel-sel anggota tubuh. Jika jantung tidak bekerja, matilah tubuh kita. Namun ternyata filosofi perpustakaan sebagai jantungnya peradaban tidak jalan, nyatanya tanpa perpustakaan, tanpa buku, hidup kita enjoy-enjoy saja. Seger-seger saja kan !

Saya sering membayangkan di setiap kampung, atau taruhlah disetiap kecamatan ada perpustakaan yang representatif, ada gedungnya, ada taman bermainnya, ada ruang publiknya, dengan pohon-pohon hijau nan rindang yang menaungi halaman-halamannya. Masyarakat bisa menghabiskan akhir pekan dengan bahagia sambil membaca buku di perpustakaan. Tapi bayangan saya ini tak perlulah dipikirkan atau pakai dirumuskan segala, mungkin memang saya lebih banyak hidup di bawah bayang-bayang, jadi abaikan saja.

Jika pada peringatan Hari Kartini terdapat banyak perayaan dan perhatian dari lembaga pendidikan maupun lembaga-lembaga lainnya, dengan berbagai macam seremonialnya, saya kok jadi kepikiran lorong sunyi perayaan Hari Buku Nasional. Lembaga pendidikan yang nota benenya bersinggungan langsung dengan buku, kurang mempunyai waktu untuk menengok lorong sunyi ini. Ya Hari Buku nasional benar-benar sunyi, suwung dari segala macam perhatian.

Saya jadi tergelitik dengan status ngantem lor kena kidul dan sarkasme yang Maha tajam dari salah seorang teman di beranda facebooknya, “Mbok realistis. Buku itu nggak bikin kaya. Malah bikin mlarat. Baca buku nggak bikin kenyang justru malah lapar dan menghabiskan dana. Ada nyimpen buku malah ditangkep pulisi. Dituduh ini itu. Wong pinter kuwi wis ra kanggo. Begitu tulisnya teman saya dengan nada penuh revolusioner.

Ya, memang nasib buku di negeri ini belum begitu indah dan bahagia, tapi percayalah buku adalah teman yang baik, guru yang bijak, dan yang paling penting buku adalah kekasih yang akan menghilangkan status kejombloanmu.

Selamat Hari Buku nasional, 17 Mei 2017.




Minggu, 14 Mei 2017

Taman Bunga Naila

Taman Bunga Naila
Oleh : Joyo Juwoto

Gemerlap embun yang menempel di pucuk-pucuk daun, ilalang  dan rumput yang hijau tampak berkemilau, butiran kecil mutiara itu berseri indah di bawah terpacaan cahaya matahari yang cerah di pagi hari. Suara burung emprit bercericit  di dahan pohon Jeruk di pojok rumah Naila dan Nafa. Tampaknya burung itu sedang menyambut pagi yang baru saja terbit dari ufuk timur. Cahaya kemerahan masih tampak menyelimuti kaki-kaki langit di balik bukit.

Di sebuah taman kecil, bunga-bunga kertas bermekaran merah menawan, kupu-kupu beterbangan hinggap di kanvas kelopak bunga yang menggoda hewan-hewan cantik, yang membantunya dalam proses penyerbukan. Kedua makhluk Tuhan itu saling bekerja sama membangun harmoni semesta, dalam rantai simbiosis mutualisme yang sempurna.

Naila baru saja menyelesaikan Shubuhnya, ia segera merapikan mukena pink yang dipakainya. Kemudian Naila menengok kamar adiknya, Nafa masih meringkuk dalam kehangatan selimut dan dalam pelukan guling kesukaannya.

“Fa...Fa...! ayo bangun ! hari telah siang” suara Naila pelan membangunkan adiknya yang masih terbawa mimpi. Sesekali tangan Naila menggoyang-goyangkan kaki Nafa yang masih pulas.

Merasa ada yang mengusik tidurnya, Nafa menggeliat, menggerakkan tubuhnya ke kanan, ke kiri, kemudian dengan perlahan kedua bola mata Nafa pun terbuka.

“Ada apa, Mbak ? aku masih ngantuk” ucap Nafa sambil mengucek-ucek kedua matanya dengan  tangan yang mungil.

“Ayo Fa, bangun. Lihat itu di halaman taman bunga kita bermekaran” Bunga yang kau tanam bulan lalu juga sudah mekar” Kata Naila menyemangati adiknya agar segera bangun.

“Benarkah ! Ayo mbak” Nafa segera bangun dan bergegas keluar kamar menuju samping halaman rumah mereka, yang di tanami bunga-bunga kertas.

“Wow...indahnya ! Merah merona ! Saya suka, saya suka” teriak Nafa kegirangan melihat bunga-bunga kertas itu bermekaran.

“Iya indah sekali bunga kertas itu, Fa, biar tetap segar dan tidak layu, ayo kita siram bunganya” Ajak Naila sambil mengambil bak kecil di dekat kran air. Kemudian Naila pun menyalakan kran itu, menunggu air memenuhi bak.
“Sini mbak, saya bantu menyiramnya”

Kedua gadis kecil itu pun menyiram bunga-bunga yang tumbuh subur di pekarangan rumah mereka.

Di bawah lentera pagi yang hangat, udara yang sejuk merasuk dada, diantara rumput-rumput hijau serta dalam lanskap merah bunga-bunga kertas, keindahan alam sungguh mempesona. Harmoni alam semesta lestari alam raya.


Jumat, 12 Mei 2017

Inilah Jawaban Dari Serat Kalatidhanya Raden Ngabehi Ronggowarsito

Inilah Jawaban Dari Serat Kalatidhanya Raden Ngabehi Ronggowarsito
Oleh : Joyo Juwoto

Saya mengenal Serat Kalatidha sejak masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah, waktu itu saat istirahat sekolah, saya pergi ke pasar, ketepatan sekolahku berdekatan dengan pasar Bangilan, yang hanya dipisahkan oleh rel kereta api. Di pasar itulah saya mendapati penjual buku lesehan di pintu masuk pasar, dari sekian banyak buku yang dijual menemukan buku yang menarik perhatian saya, ilustrasi bukunya bergambar sebilah keris dengan latar belakang ular naga, dengan warna sampul merah, kuning dan biru.  

Buku itu ditulis oleh Andjar Any, judulnya “Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang terjadi ? saya mengira dari nama penulisnya adalah seorang perempuan. Namun saya tidak pernah mencari tahu tentang itu. Baru setelah saya membaca majalah Horison, saya mendapati bahwa nama Andjar Any adalah seorang laki-laki tulen. Awal ketertarikan saya dengan buku itu adalah dari sampulnya yang keren abis, sebilah keris. Karena memang saya sangat menyukai keris, walau saya bukanlah pengoleksi keris.

Setelah saya baca, sesuai dengan judulnya buku itu membahas mengenai seorang pujangga besar keraton Surakarta, Raden Ngabehi Ronggowarsito. Di awal bab saya sangat suka karena membahas masa kecil dan masa mondoknya Bagus Burham, nama kecil dari Ronggowarsito. Bagus Burham ini dipondokkan di pesantren Tegal Sari yang diasuh oleh Kyai Hasan Besari Ponorogo. Saat mondok inilah Bagus Burham sangat suka sekali mandi dan menyepi di Kedung Kol, sehingga beliau mendapatkan bisikan ghaib yang akhirnya membawa takdir Bagus Burham menjadi seorang pujangga besar keraton Surakarta, dan seorang pembaca masa depan yang siddik ing paningal.

Diantara karya sastra yang ditulis oleh Ronggowarsito yang saya tahu dari buku itu adalah Serat Kalatidha. Serat itu ditulis dalam bentuk tembang sinom. Saya sangat menyukai tembang ini, apalagi isi dari serat Kalatidha dianggap sebagai ramalan masa yang akan datang, yaitu masa di mana disebut sebagai jaman edan, sebagaimana arti dari kata Kalatidha sendiri.

Kalatidha sendiri berasal dari kata, Kala yang berarti waktu, dan tidha yang berarti ragu-ragu. Jadi Kalatidha adalah jaman penuh keraguan, jaman di mana antara kebatilan dan kebaikan menjadi samar-samar bagi orang yang tidak mampu melihat dengan kebeningan nurani. Serat Kalatidha ini juga disebut sebagai serat  Kalabendhu, yang berarti waktu di mana manusia banyak menghadapi cobaan hidup. Pada masa Kalabendhu inilah manusia banyak memperturutkan hawa nafsunya dan menjauhi nilai-nilai ketuhanan. Oleh karena itu jaman ini juga disebut sebagai jaman edan.

Di bait pertama serat Kalatidha ini menerangkan mengenai kondisi di mana banyak kegilaan yang terjadi di dunia ini. Jaman edan, manusia-manusia sama kebingungan, jaman di mana jika tidak ikut edan tidak makan, namun nurani kadang masih berbisik untuk tidak mengkhianati kebenaran, karena sak begja-begjane kang lali luwih begja kang eling klawan waspada (sebahagiabahagianya orang yang lupa, masih bahaagia orang yang selalu ingat dan waspada), demikian pitutur dari sang pujangga keraton Surakarta. Berikut bunyi dari serat Kalatidha di bait pertama :

amenangi zaman édan,
éwuhaya ing pambudi,
mélu ngédan nora tahan,
yén tan mélu anglakoni,
boya keduman mélik,
kaliren wekasanipun,
ndilalah kersa Allah,
begja-begjaning kang lali,
luwih begja kang éling klawan waspada.

Dulu saat membaca serat ini, saya sama sekali belum merasakan kehadiran dari jaman kalatidha ini, mungkin waktu itu masih anak-anak jadi tidak mengenal waktu kecuali hanya kesenangan-kesenangan dunia dan pikiran anak. Namun hari ini saya sangat merasakan aura kalatidha yang ditulis oleh Ronggowarsito.

Di mana di jaman ini dunia penuh dengan keragu-raguan, kebenaran menjadi sesuatu yang relatif, tertutupi oleh kebatilan-kebatilan yang dibungkus dan dihiasi dengan kebaikan-kebaikan semu. Inilah jawaban dari apa yang ditulis dan digambarkan dalam serat kalatidha. Oleh karena itu selalu ingat dan waspadalah dengan kondisi yang sekarang. Kondisi wolak-waliking zaman, di mana yang benar bisa menjadi salah, yang benar dimusuhi. di caci maki, dikriminalisasi, yang salah bisa bungah, bisa menjelma menjadi kebenaran, dipuja, dan diikuti oleh kebanyakan manusia. Eling lan waspada.

Melihat kondisi yang demikian ini, maka selain eling lan waspada kita juga harus selalu ingat kepada Tuhan, mintalah pertolongan Tuhan untuk menyelamatkan kita dari jaman kegilaan ini. Demikianlah serat kalatidha ditutup oleh Sang Pujangga Raden Ngabehi Ronggowarsito, sebagai solusi atas jaman edan.

Ya Allah Ya Rasulallah
Kang sipat murah lan asih
mugi-mugi aparinga
pitulung ingkang martani
ing alam awal akhir
dumununging gesang ulun
mangkya sampun awreda
ing wekasan kang kandi pundi
mula mugi wontena pitulung Tuwan

Meminta pertolongan Tuhan adalah sebuah keniscayaan di jaman yang telah dikuasai oleh nafsu ahangkara yang berkobar-kobar, seperti api yang membakar ranting-ranting dan dedaunan kering. Semua menjadi panas dan bergolak, tertutup asap keraguan, hanya demi membela kepalsuan-kepalsuan belaka. Eling lan waspada.

Sagede sabar santosa
Mati sajroning ngaurip
Kalis ing reh aruraha
Murka angkara  sumingkir
Tarlen meleng malat sih
Sanityaseng tyas mematuh
Badharing sapudhenda
Antuk mayar sawetawis
Borong angga sawarga mesi martaya


Dengan kesabaran dan kesentausaan hati, semoga kita bisa mengatasi kalabendhu ini dengan mematikan raga jasmani, urip sakjroning pati, mati sakjroning urip, dan membawa hati ini menyepi, heneng, hening, henung dalam tapa ngrame, untuk melepaskan segala kerepotan hidup dan memutus rantai keangkaramurkaan di dunia, dengan selalu memohon karunia Tuhan, dengan memasrahkan segala jiwa dan raga ini hanya untuk-Nya.