Rabu, 17 Mei 2017

Lorong Sunyi Hari Buku Nasional

Lorong Sunyi Hari Buku Nasional
Oleh : Joyo Juwoto

Saya sendiri juga kurang tahu dan tak banyak ambil peduli dengan Hari buku Nasional, jika tidak karena bergabung di Komunitas Literasi, tentu saya tidak akan tahu, dan tidak akan berusaha cari tahu jika hari ini, 17 Mei diperingati sebagai hari  Buku Nasional.

Setelah saya melihat di laman Google penentuan hari Buku Nasional yang jatuh pada tanggal 17 Mei merupakan ide dari Menteri Pendidikan Nasional dari kabinet Gotong Royong, Abdul Malik Fadjar sejak tahun 2002. Penentuan hari buku ini didasarkan pada momentum pendirian Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) di Jakarta pada 17 Mei 1980.

Dalam setiap motivasi dan statemen sering saya baca bahwa Perpustakaan adalah jantungnya peradaban, yang namanya jantung itu kerjanya mendorong dan memompa darah untuk menghidupi sel-sel anggota tubuh. Jika jantung tidak bekerja, matilah tubuh kita. Namun ternyata filosofi perpustakaan sebagai jantungnya peradaban tidak jalan, nyatanya tanpa perpustakaan, tanpa buku, hidup kita enjoy-enjoy saja. Seger-seger saja kan !

Saya sering membayangkan di setiap kampung, atau taruhlah disetiap kecamatan ada perpustakaan yang representatif, ada gedungnya, ada taman bermainnya, ada ruang publiknya, dengan pohon-pohon hijau nan rindang yang menaungi halaman-halamannya. Masyarakat bisa menghabiskan akhir pekan dengan bahagia sambil membaca buku di perpustakaan. Tapi bayangan saya ini tak perlulah dipikirkan atau pakai dirumuskan segala, mungkin memang saya lebih banyak hidup di bawah bayang-bayang, jadi abaikan saja.

Jika pada peringatan Hari Kartini terdapat banyak perayaan dan perhatian dari lembaga pendidikan maupun lembaga-lembaga lainnya, dengan berbagai macam seremonialnya, saya kok jadi kepikiran lorong sunyi perayaan Hari Buku Nasional. Lembaga pendidikan yang nota benenya bersinggungan langsung dengan buku, kurang mempunyai waktu untuk menengok lorong sunyi ini. Ya Hari Buku nasional benar-benar sunyi, suwung dari segala macam perhatian.

Saya jadi tergelitik dengan status ngantem lor kena kidul dan sarkasme yang Maha tajam dari salah seorang teman di beranda facebooknya, “Mbok realistis. Buku itu nggak bikin kaya. Malah bikin mlarat. Baca buku nggak bikin kenyang justru malah lapar dan menghabiskan dana. Ada nyimpen buku malah ditangkep pulisi. Dituduh ini itu. Wong pinter kuwi wis ra kanggo. Begitu tulisnya teman saya dengan nada penuh revolusioner.

Ya, memang nasib buku di negeri ini belum begitu indah dan bahagia, tapi percayalah buku adalah teman yang baik, guru yang bijak, dan yang paling penting buku adalah kekasih yang akan menghilangkan status kejombloanmu.

Selamat Hari Buku nasional, 17 Mei 2017.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar