Senin, 31 Juli 2017

Nasi Jotos dan Wedang Cemoe Kota Gadis

Nasi Jotos dan Wedang Cemoe Kota Gadis
Oleh : Joyo Juwoto

Menikmati kuliner khas suatu daerah adalah satu kenikmatan tersendiri dalam sebuah ritual traveling. Masing-masing daerah di tanah air memang memiliki kekhasan yang tidak semua daerah lain memilikinya. Oleh karena itu, jika para sobat semua sedang melakukan perjalanan atau traveling-traveling, maka jangan lupa untuk mencicipi kekhasan daerah yang kita singgahi. Baik itu makanan atau minumannya.

Semisal nasi jotos dan wedang cemoe dari kota gadis. Saat saya berkunjung ke kota Madiun yang memiliki julukan kota gadis, saya menyempatkan berwisata kuliner nasi jotos dan wedang cemoe. Dari rasa penasaran dengan namanya, nasi jotos dan wedang cemoa, saya akhirnya mampir ke sebuah warung kaki lima yang menyediakan kedua menu itu.

Nasi jotos ternyata tidak seseram namanya, hanya karena nasi itu besarnya sekepal tangan dibungkus dengan daun pisang, maka dinamakan nasi jotos. Nasinya nasi putih biasa diberi lauk tempe atau tahu kering, mihun berkecap, dan sedikit sambal. Lumrahnya di daerah lain nasi jotos ini dikenal sebagai nasi kucing.

Sedang wedang cemoe adalah minuman yang disajikan dalam sebuah mangkok kecil. Minuman hangat ini terdiri dari kuah santan diberi gula pasir dan beberapa potong roti, serta butiran kacang tanah yang telah digoreng. Uniknya wedang ini juga diberi bawang merah goreng. Wedang cemoe ini hampir mirip wedang ronde, hanya saja wedang ronde tidak memakai kuah santan. Dan satu lagi perbedaannya wedang cemoe tidak memakai jahe, sedangkan wedang ronde, jahe menjadi ciri khasnya.


Saat senja mulai turun, dan kota gadis berselimut gelap, rinai hujan turun membasahi bumi kota yang damai, Dua bungkus nasi jotos dan semangkuk wedang cemoe mengabadikan kenanganku pada kota gadis yang manis, pada kota Madiun yang anggun.

Sabtu, 29 Juli 2017

KH. Nashiruddin Qodir, Pusaka Santri Pelita Umat

KH. Nashiruddin  Qodir, Pusaka Santri Pelita Umat
Oleh : Joyo Juwoto

“Santri iku kapan ngelmune manfaat barokah, fekir ae kepenak opo maneh sugih, surgo dunyo akhirat”
(KH. Muh. Nashiruddin Qodir. Th. 1950-2017)

Mbah Nasir, sosok Kiai karismatik dari Sendang Senori telah kembali ke hadirat Tuhan (, namun pendar pelita keilmuan beliau terus menyala di dada umat, dan barakah doa-doa beliau menjadi pusaka abadi para santri di penjuru negeri. Saya sendiri secara langsung belum pernah nyantri di hadapan beliau, namun siapapun dia, jika memiliki rasa kecintaan kepada ilmu dan ulama tentu merasa menjadi santrinya KH. Muh. Nashiruddin Qodir yang akrab dipanggil Mbah Nasir. Begitupula dengan saya, merasa menjadi santri beliau.

Saat mendengar kepastian bahwa beliau wafat, hati ini tentu sedih tak terkira. Begitu pula orang-orang yang mendapatkan kabar baik secara langsung maupun lewat pesan berantai di media sosial. Air mata duka tertumpah dan gurat kesedihan mewarnai wajah-wajah para muhibbin ulama yang tawadhu’ ini.

Sejak pagi orang-orang dari berbagai daerah sama berbondong-bondong bertakziah di kediaman beliau yang ada di lokasi Pondok Pesantren Darut Tauhid al Alawiyyah Sendang Senori Kab. Tuban. Tidak aneh memang, karena Mbah Nasir semasa hidupnya banyak diabdikan kepada umat baik lewat jalur struktural jam’iyyah Nahdlatul Ulama, lewat dunia perpolitikan, dan juga sebagai muballigh yang terkenal.

 Selain itu, Mbah Nasir ini juga membina para santri di pesantren, beliau juga menggelar pengajian untuk masyarakat umum. Kitab yang dikaji adalah kitab Ihya’ (ba’da shubuh) dan juga kitab tafsir Jalalain dan kitab al Mukhtar fi kalamil akhyar pada malam Selasa dan Jumat di pondoknya. Mbah Nasir memang terkenal sebagai Kiai yang pakar dalam ilmu tafsir, hadits, dan juga ilmu tasawuf.

Tidak heran jika Mbah Nasir menjadi sosok Kiai yang pakar dalam bidang ilmu keagamaan, karena beliau lama nyantri di Sarang (Ma’had Ilmi As Syar’iyyah), setelah sepuluh tahun mondok di Sarang  beliau mengikuti ngaji kilatan di berbagai pesantren. Seperti di Mranggen Demak mengaji kitab Mizanul Kubrodi, Sya’roni, Muhadzab di bawah asuhan Kiai Muslich, ikut khataman kitab shohih Muslim di pesantren Poncol yang diasuh Kiai Ahmad Asy’ari, dan beberapa pesantren lainnya. Setelah itu Mbah Nasir melanjutkan mondoknya di Makkah al Mukarromah di bawah asuhan Guru yang mulia As-Sayyid Muhammad Al Alawi Al Maliki.

Begitulah sanad keilmuan Mbah Nasir yang bersumber dari ulama-ulama di tanah air dan juga dari ulama Makkah Al Mukarromah. Kita semua merasa kehilangan sosok beliau yang luar biasa. Semoga Allah Swt menempatkan beliau pada maqam yang tinggi di sisi-Nya, dan kita para santri mampu meneladani dan meneruskan perjuangan beliau dalam menegakkan ajaran agama Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Untuk menutup tulisan ini, saya ingin mengutip sebuah nasehat dari al Maghfurrlah Mbah Nasir, tentang ilmu yang bermanfaat. Beliau berkata : “Santri iku kapan ngelmune manfaat barokah, fekir ae kepenak opo maneh sugih, surgo dunyo akhirat” Demikian sedikit tulisan yang saya ambil dari sumber di media sosial, semoga ada manfaatnya.


Jumat, 28 Juli 2017

Mahabbatullah

Google
Mahabbatullah
Oleh : Joyo Juwoto*

Mahabbatullah atau mencintai Allah, adalah kecenderungan hati seorang hamba untuk cinta kepada Allah Swt.  Mahabbatullah ini menjadi salah satu jalan yang dipakai oleh para pencari Tuhan untuk berma’rifat kepada-Nya. Di dalam Al Qur’an sendiri, konsep  mahabbatullah ini banyak  tersebar di dalam berbagai ayat. Diantaranya adalah :

1.      Dalam surat Al-Maidah ayat 54, “Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya”.

2.      Dalam surat Ali Imron ayat 31, “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

3.      Dan surat Al Baqarah ayat 165, “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah”.

Selain itu banyak sekali ulama-ulama yang mengkaji dan menginterpretasikan konsep mahabbatullah ini di dalam kegiatan ubudiyyahnya sehari-hari. Sehingga konsep mahabbatullah ini bukanlah sesuatu yang asing di dalam perjalanan sejarah peradaban umat Islam. Di dalam Kitab Risalah Qusyairiyah dinyatakan bahwa :

“Adapun mahabbah (cinta)  seorang hamba kepada Allah adalah suatu keadaan di mana si hamba mendapatkan /merasakan cinta itu dari hatinya suatu perasaan  yang amat halus, sulit sekali untuk digambarkan.”

Begitulah penggambaran mahabbatullah, baik dari ajaran Al Qur’an maupun dari pemaparan para ulama, di mana seorang hamba akan merasakan cinta yang sangat kepada Tuhannya, cinta yang hanya dapat dirasakan namun sulit untuk digambarkan dengan rangkaian kata-kata yang indah sekalipun.

Di dalam perjalanan perjalanan spiritual para sufi, kita mengenal seorang tokoh sufi perempuan bernama Rabi’ah Al Adawiyah, yang hidup sekitar tahun 95 M di kota Basrah. Rabi’ah ini memasukkan unsur mahabbatullah dalam kehidupan asketisnya. Menurut Rabi’ah maqam mahabbatullah adalah puncak tasawuf tertinggi, melebihi maqam lainnya, seperti maqam Khawf (rasa takut) dan maqam ar-Raja’ (pengharapan). Begitu juga dengan ulama-ulama lain seperti Muhyiddin Ibn’ Arabi yang menyatakan bahwa cinta adalah stasiun tertinggi jiwa untuk menuju Tuhannya.

Ibn al-Faridh yang mendapat julukan sebagai raja para pecinta (Al-Asyiqin) yang hidup sekitar tahun 576 H, dalam satu syairnya mengatakan : “Siapa yang tak mati karena cinta kepada Allah, tidaklah dia hidup bersama-Nya”. Oleh karena itu konsep cinta Ibn al-Faridh adalah fana’ fillah dalam mengarungi samudera kehidupan ini, seorang yang fana’ tidak akan terpengaruh dengan pesona dan daya tarik kehidupan duniawi yang melenakan.

            Cinta kepada Allah atau mahabbatullah inilah yang akan menghantarkan perjalanan suluk seorang hamba menuju Tuhannya, cinta yang suci dan murni inilah yang akan menjadi jalan penyaksian kesatuan hamba dengan Tuhannya, atau dalam khasanah sufisme Jawa dikenal sebagai term Manunggaling Kawula Gusti.

*Joyo Juwoto, Santri Pondok Pesantren ASSALAM Bangilan Tuban. Diantara buku yang ditulisnya adalah: Jejak Sang Rasul (2016); Secercah Cahaya Hikmah (2016), Dalang Kentrung Terakhir (2017,) dan menulis beberapa buku antologi bersama Sahabat Pena Nusantara dan beberapa komunitas literasi lainnya.”


Selasa, 25 Juli 2017

Saya dan Kak Towo

Hai, apa kabar teman-teman semua? pada kesempatan ini, saya ingin memperkenalkan salah seorang teman blogger kita, namanya Kak Towo.

Saya mengenal sosok Kak Towo, panggilan akrab dari Kak Adhi Sutowo ini sudah cukup lama, sebelum dipertemukan Tuhan di jagad dunia maya di Komunitas Blogger Tuban (KBT), saya sudah sering ketemu dan mengobrol tipis-tipis dengan beliau. Karena memang, ketepatan kami memiliki satu sisi profesi yang sama, yaitu sama-sama mengurusi administrasi madrasah. Kak Towo menjadi tenaga administrasi di Madrasah Aliyah Merakurak sedang saya menjadi tenaga administrasi dari Madrasah Aliyah ASSALAM Bangilan. Di Tuban untuk urusan berkas dan kertas-kertas inilah kami sering ketemu.

Sekitar awal tahun 2016, dari sebuah obrolan di laman facebook, kalau tidak salah saat itu Kang Rudi menawari untuk membuat group blogger Tuban di media sosial Whatshap. Karena saya juga punya blog , akhirnya saya ikut daftar menjadi anggota blogger Tuban, blog yang saya daftarkan adalah http://4bangilan.blogspot.co.id/

Dari group itulah kemudian berkumpul para blogger Kab. Tuban dari berbagai wilayah di Kecamatan yang ada di Tuban, ada pula orang Tuban tetapi sedang berada di luar kota Tuban. Ternyata dari salah satu anggota blogger sudah ada yang mengenal saya, eh ternyata Kak Towo, alias Adhi Sutowo, sehingga beliau ini, seringkali mengomentari dan memberikan apresiasi terhadap apa yang saya tulis di blog. Wah, makasih ya Kakak yang baik hati.

Sebagai anggota blogger, Kak Towo juga punya blog lho teman-teman. Alamat blog beliau tu di sini https://kaktowo.blogspot.co.id/. Dari blog Kak Towo, temen-temen pembaca bisa mendapatkan beberapa menu yang disediakan, seperti Kajian budaya, pendidikan, wisata, kuliner dan berbagai ragam tulisan lainnya. 

Dari profilnya, Kak Towo mengatakan bahwa beliau sudah punya istri dan satu anak. Wah, kita doakan semoga keluarga Kak Towo menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, barakah dan bahagia ya teman-teman. Dan yang pasti semoga Kak Towo segera nambah istri, eh nambah  momongan maksud saya. Haha...Kaburrr!!!!

Kapan-kapan saya pengin ah mampir ke rumah Kak Towo yang ada di Tegalrejo, pengin disuguhi legen dari Boto yang melegenda itu, saya kan penyuka legen. Wuih!!! segernya itu lho bikin nagih dan nagih lagi.....Semoga tulisan saya ini dibaca Kak Towo, biar nanti pas ada acara ke Tuban, saya disuruh mampir, hehe....

Sudah duluan ya temen-temen, jika masih penasaran dengan Kak Towo, silahkan dilirik blognya. Terima kasih. Bye...bye!!!

Senin, 24 Juli 2017

DPC PGMI Kec. Bangilan Gelar Halal Bi Halal

DPC PGMI Kec. Bangilan Gelar Halal Bi Halal
Oleh : Joyo Juwoto

Bangilan Tuban (23/07/2017). Mengakhiri rangkaian kegiatan di bulan Syawal 1438 H, Dewan Pimpinan Cabang Persatuan Guru Madrasah Indonesia (DPC-PGMI) Kec. Bangilan menggelar acara Halal bi Halal yang dirangkai dengan kegiatan pembinaan guru-guru Madrasah di wilayah Kec. Bangilan dari tingkat RA/TK/MTs hingga MA.

Kegiatan Halal bi Halal dan silaturrahmi ini dilaksanakan di MA Al Falah Bangilan, pada pagi hari jam 08.00 WIB hingga selesai. Tema yang diusung dalam acara halal bi halal ini adalah "Silaturrahmi Keluarga Besar Pendidikan Kecamatan Bangilan Menuju Terwujudnya Pendidikan yang Berkualitas dan  Berakhlaq dan Bermartabat."

"Kegiatan Halal bi Halal dan silaturrahmi antar guru madrasah di Kec. Bagilan ini sangat positif, semoga banyak manfaat yang kita petik bersama." Kata Ust. Mudhakir, salah seorang guru madrasah yang mengikuti acara halal bi halal kemarin.

Dalam pernyataannya melalui Whatshap, Ust. Ali Mukhsin, selaku Ketua Panitia kegiatan halal bi halal menyampaikan kesannya  bahwa "Kita cukup bersyukur PGMI Kec. Bangilan bisa mengadakqn acara yang sifatnya keagamaan, kalaupun ada kekurangan saya kira itu wajar."

Ust. Ali Mukhsin, yang juga kepala sekolah di salah satu madrasah di Kec. Bangilan ini  menyampaikan pesan, "Agar ke depannya semua guru madrasah lebih merasa memiliki organisasi PGMI ini, agar kesannya PGMI tidak milik satu orang atau satu lembaga tertentu." Demikian closing statement Pak Ali selaku ketua panitia kegiatan. J.J



Sabtu, 22 Juli 2017

Arisan Backlink Blogger Tuban

Beberapa hari yang lalu, Komunitas Blogger Tuban menggagas acara arisan link 1 dalam rangka untuk memeriahkan dan memberdayakan para blogger yang ada di kota Tuban. Acara ini atas usul dari Mas Arif SW, kemudian diolah menjadi konsep masakan yang siap saji oleh Mbak Anis, seorang Srikandi blogger Tuban.

Setelah konsep disajikan di wall group Whatshap, teman-teman blogger pun meresponnya dengan cukup positif, hal ini bisa dilihat dari peserta Arisan Link 1 Blogger Tuban, yang diikuti diikuti oleh 14 (empat belas) Blogger Tuban. 

Peserta Arisan Link Blogger Tuban adalan :
1. Anis : aniskhoir.com
2. Arif : www.punakawanku.com 
3. Joyo Juwoto : www.4bangilan.blogspot.com
4. Andhika : www.perahulayarkertas.web.id
5.Reyvan : blusukanalamtubanb.blogspot.com
6. Ifa : Ilayatifa.com
7. Adhi Sutowo : www.kaktowo.blogspot.com
8. Fakhruddin : https://www.kangrudi.com
9. Nur : www.nurrochma.com
10. Djacka : http://www.arektuban.com
11. Mashari: www.kibarkabar.top
12. Maswid : maswid.web.id
13. Bakhtiyar : masbek.id
14. Nafakhatin Nur : atin5757.com

Arisan blogger ini cukup seru, apalagi seperti saya, ini adalah sesuatu hal yang sangat baru sekali. Undian arisan ini akan dilaksanakan seminggu sekali, tepatnya dimulai hari sabtu dan diakhiri pada hari sabtu berikutnya, sambil menentukan siapa yang beruntung mendapatkan arisan. 

Jika arisan yang lazim kita kenal adalah dengan menggunakan uang, lain lagi untuk arisan blogger. Seorang yang mendapatkan arisan akan mendapatkan fasilitas blognya direview oleh anggota blogger lainnya. Hasil dari review ini akan di posting di blognya masing-masing anggota kemudian akan di share ke berbagai media sosial. Selain itu, blogger yang mendapatkan arisan juga akan dikunjungi blognya serta mendapatkan komentar dari para blogger. 

Selain berfungsi sebagai media saling berkunjung, tentu blog yang mendapatkan backlink dan komentar ini akan lebih terkenal, setidaknya akan lebih banyak dikunjungi. Secara jelasnya yang akan menjadi hadiah bagi para blogger adalah :

1. Review blog + backlink
2. Share ke sosmed pribadi
3. Dapet komen di blog. 
4. DA naik
5. Seduluran tambah erat

Eh! udah dulu ya beritanya, karena setelah ini saya punya kewajiban untuk mereview peserta arisan yang keluar dulu kocokannya.

Demikian sedikit gambaran arisan Arisan Link 1 Blogger Tuban, semoga ada manfaat dan faedahnya. Terima kasih.

Jumat, 21 Juli 2017

Majelis Warung Kopi Pra Bedah Buku

Majelis Warung Kopi Pra Bedah Buku
Oleh : Joyo Juwoto

Beberapa hari yang lalu saya dihubungi via Whatsap oleh Mas Mutholibin, salah seorang aktivis literasi di kota Tuban. Beliau ini meminta saya untuk mengisi acara bedah buku di pondok pesantren Raudhlatut Thalibin Tanggir, yang menjadi bagian dari rangkaian kegiatan haul KH. Munawir Muslih dan Masyayikh pondok.  Dengan tanpa banyak berfikir, saya mengiyakan ajakan beliau ini. Walau akhirnya saya merasa gamang dan menyesal setelah mengiyakannya. Buku yang dibedah adalah buku saya yang berjudul Secercah Cahaya Hikmah. Karena tidak ingin menjadi orang yang lain esuk tempe sore dele, akhirnya saya memantapkan diri dan hati untuk menaiki panggung panas itu. Ah..sekali-sekali kan kita juga butuh yang hot-hotkan !

Ketepatan memang saya belum pernah membedah buku-buku saya, jadi saya anggap ini adalah rejeki dan anugerah dari Tuhan yang tidak baik jika ditolak. Apalagi saya dapat kabar dari Mas Mutholibin bahwa pembanding saya nanti adalah seorang begawan literasi di Tuban, yaitu Mas Aam, Penulis Buku Jomblo Revolusioner.  Saya merasa senang nantinya bisa bertemu dengan sang idola dalam menulis, hal ini mungkin yang juga memberikan energi keberanian bagi saya untuk bilang iya kepada Mas Mutholibin tempo hari. Demi ketemu sang idola kadang memang seseorang perlu bertindak gila, atau minimal perlu bondo nekatlah.

Di hari H, (Kamis, 20 Juli 2017) segera saya hubungi Ikal Hidayat Nur, seorang penyair dan cerpenis melankolis dari kota B. Saya minta mas Ikal ini menemani saya ke acara bedah buku. Karena soal yang ginian ini Mas Ikal adalah jagonya. Saya dan Mas Ikal kemudian berangkat berboncengan motor menuju Tanggir. Lima belas menit kemudian sampailah kami di dekat pondok, dan kami bertemu Mas Mutholibin yang ternyata telah sampai duluan dan menunggu kami di warung kopi di pojokan pondok.

Mas Mutholibin kemudian menawari kami kopi, tentu tanpa syarat kami mengiyakannya saja. Kami bertiga kemudian nyangkruk di warung kopi sambil menunggu konfirmasi dari pihak pondok untuk memulai acara. Baru seteguk kopi berselang, Mas Aam datang. Dengan senyumnya yang khas jomblo berkelas, beliau kemudian bergabung dengan kami bertiga.

“Halo bro..” sapa Mas Aam ceria, sambil turun dari motornya.

Mas Aam yang baru datang kemudian bergabung dengan kami, beliau memesan segelas es teh dingin.

Selanjutnya obrolan dan guyonan ceria, mewarnai pertemuan kami di warung itu. Yah, obrolan ngalor-ngidul beragam tema khas warung kopi, yang merekatkan hubungan sosial di tengah masyarakat. Menurut saya pemerintah punya hutang moral yang besar kepada institusi yang bernama warung kopi ini. Tanpa menggantungkan kucuran dana dari pemerintah, warung kopi memiliki peran aktif ikut menjaga dan melestarikan nilai-nilai keberagaman di tengah masyarakat.

“Mas, doyan walang ta?” kata Mas Aam menawari kami beberapa bungkus gorengan walang beras yang dibawanya dari Jatirogo.

“Wah, iki senenganku Mas!”, jawab saya spontan sambil mengambil sebungkus plastik gorengan walang. Saya memang penghobi kuliner walang goreng, jadi begitu ditawari, langsung saja belalang-belalang itu beterbangan ke mulut saya.

Mas Ikal sendiri kayaknya gak minat dengan kuliner walang, begitu juga dengan Mas Mutholibin. Hanya saya dan Mas Aam yang menghabiskan camilan ekstrim super pedas itu.

Setelah secangkir kopi saya habis, Mas Mutholibin mengajak kami cus ke lokasi, karena acara segera dimulai. Kami pun meluncur ke lokasi yang hanya berjarak sekitar lima puluhan meter dari warung kami nyangkruk.

Setiba di pondok, kami disambut baik oleh Gus Fuad, pengasuh pondok pesantren Raudlhatut Thalibin. Gus Fuad ini ternyata sangat akrab dengan dunia literasi, beliau bercerita bahwa dulu saat mondok di Makkah, beliau sering bertemu dan bergaul dengan para aktivis literasi dari FLP cabang Makkah. Tidak heran jika beliau menggagas acara bedah buku di pesantrennya.

Kami tentu sangat mengapresiasi dan bangga dengan sosok Gus Fuad, yang memberikan perhatian dan mendukung gerakan literasi di pesantren yang beliau asuh. Sehingga dalam acara haul masyayikh pondok, kegiatan bedah buku menjadi salah satu dari rangkaian agenda kegiatan.


Pengasuh pondok pesantren Raudlhatut Thalibin ini berharap kelak santri-santri bisa menjadi penulis yang baik, dan sadar berliterasi, karena santri adalah ujung tombak bagi keberlangsungan peradaban bangsa dan negara, karena kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari dunia literasi juga. 

Rabu, 19 Juli 2017

Tanda Ilmu Yang Bermanfaat

Tanda Ilmu Yang Bermanfaat
Oleh : Joyo Juwoto

Nabi Dawud as. berkata : “Ilmu di dada bagaikan lampu di dalam rumah.”  sungguh sebuah perumpamaan yang sangat gamblang dan luar biasa, bahwa sebuah ilmu pengetahuan haruslah bisa menerangi lingkungan dan tempat di mana ilmu itu ada. Sebanyak apapun ilmu yang di hafal dan dikumpulkan di dalam kepala seseorang, jika ilmu itu tidak memberikan cahaya terang bagi pemilik dan lingkungannya nya maka ilmu itu hanya tinggal sia-sia di memori otak pemiliknya.

Jika otak hanya berfungsi menyimpan memori berbagai ilmu saja tanpa diamalkan, lalu apa bedanya otak kita dengan flasdish, apa bedanya dengan hard disk pada sebuah sebuah komputer? Oleh karena itu ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang memberikan pengaruh bagi kehidupan seseorang, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bagai cahaya yang mampu memberikan penerangan, sekecil apapun itu.

Seseorang yang memiliki ilmu tentu tidak sama dengan orang yang tidak memilikinya, oleh karena itu jangan sampai ilmu yang telah kita miliki tidak berguna. Jadi mohonlah kepada Allah Swt agar kita bisa memiliki ilmu sekaligus bisa mengamalkan ilmu. Bisa mengamalkan ilmu adalah sebuah kenikmatan dan anugerah tak terhingga dari Allah,karena berapa banyak para penuntut ilmu, namun pada akhirnya ilmunya tiada atsar dan bekasnya, bagai menyiram seember air di padang pasir yang tandus, air itu hilang lenyap tanpa bekas.

Rasulullah Saw, sendiri mengajarkan doa kepada kita, agar kita senantiasa dijauhkan dari ilmu yang tidak bermanfaat. Rasulullah Saw sering berdoa kepada Allah: “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak berguna.” Ilmu yang berguna ini tidak hanya menghasilkan kebaikan di dunia saja, namun ilmu yang berguna dan bermanfaat juga menjadi garansi pahala kita selalu mengalir dan tidak terputus hingga besok di hari kiamat tiba.

Lalu apakah ilmu yang berguna itu ? Ketika Abul Qasim Al Junaid ditanya, beliau menjawab: “Bahwa yag dimaksud ilmu yang berguna adalah ilmu yang menunjukkan engkau kepada Allah, dan menjauhkan dari menurutkan hawa nafsu syahwatmu.” Karena memang ilmu yang baik dan berguna adalah ilmu yang membawa kita untuk tunduk dan takut kepada Allah Swt.


Jadi ilmu yang berguna atau yang bermanfaat bermuara pada penghambaan sejati kepada Allah. Ilmu yang berguna adalah ilmu yang sinar cahayanya mampu membuka tabir hati seorang hamba, untuk bisa lebih dekat mengenal dzat, sifat, asma, dan af’alnya Tuhan, serta mengerti bagaimana caranya beradab dan mengabdikan diri dan menghamba kepada-Nya.

Sabtu, 15 Juli 2017

Mengakses Informasi dan Ilmu Pengetahuan Dari Internet

Mengakses Informasi dan Ilmu Pengetahuan Dari Internet
Oleh “ Joyo Juwoto

Untuk memperoleh suatu ilmu pengetahuan di era sekarang sangatlah mudah, cukup berbekal gadged di tangan dengan seperangkat quota internet, kemudian kita tinggal berselancar sepuasnya di dunia maya, maka berbagai macam informasi dan disiplin ilmu pengetahuan dapat kita akses dengan mudah. Ya, ilmu sekarang sangat dekat, dan nyaris berada di dalam genggaman setiap orang.

Kemudahan-kemudahan seperti sekarang ini tentu patut kita syukuri, walau demikian tentu tidak semua informasi dan ilmu pengetahuan di internet dapat  dipertanggungjawabkan kebenarannya secara mutlak. Kita harus memilih dan memilah dengan cermat, agar tidak terjerumus ke dalam informasi dan pengetahuan yang kurang kredibel dan tidak bertanggung jawab.

Bukan berarti kemudahan dalam mengakses informasi dan ilmu pengetahuan di dunia maya menafikan bagi kita untuk mencari seorang guru. Belajar secara langsung kepada seorang guru sangatlah penting, lebih-lebih menyangkut ilmu agama. Karena jika kita mencari dan membacanya sendiri, bisa dimungkinkan terjadi salah paham dan lebih fatal lagi paham yang salah, hal ini tentu berdampak yang tidak baik.

Mungkin kita sering mendengar informasi atau membaca status di media sosial, bahwa belajar itu harus ada gurunya, jangan hanya bermodalkan gadged, jangan menjadi santrinya mbah google. Kalau mau nyantri ya masuklah ke pondok pesantren, belajar pada seorang Kiai pesantren, bukan hanya berbekal belajar di internet. Karena seseorang yang belajar di internet lebih banyak memungkinkan untuk salah tafsir dan salah paham terhadap konten ilmu pengetahuan yang dibacanya.

Hal ini menjadi penegasan bahwa internet jangan sampai menjadi sumber utama rujukan dalam belajar ilmu pengetahuan, lebih-lebih ilmu-ilmu agama seperti yang saya uraikan di atas. Karena banyak sekali kasus penyimpangan dan penyelewengan ajaran agama karena belajar tanpa guru yang mumpuni dan hanya mencomot dari internet.

Walau demikian tidak bisa dipungkiri bahwa informasi dan pengetahuan di internet juga banyak manfaatnya, apalagi didukung oleh media sosial lain semisal Whatshap, BBM, Line, dan berbagai media yang menghubungkan banyak orang, dengan mudahnya seseorang bisa saling ngeshare dan berbagi ilmu pengetahuan dengan sangat mudah, murah, cepat dan efisien.

Namun demikian sekali lagi saya katakan bahwa untuk mengakses maupun mengeshare suatu pengetahuan di media sosial, di internet harus selektif dan hati-hati. Jangan sampai konten yang kita baca dan kita sebarkan itu mengandung hal yang tidak baik, hoax, maupun konten-konten yang memprofokasi pihak-pihak tertentu. Baca dengan seksama dan teliti sebelum mengeshare suatu ilmu atau informasi, kenali website-website yang baik dan kredibel serta bertanggung jawab dalam membaca dan mengakses ilmu pengetahuan di internet.

Untuk mengetahui apakah suatu informasi dan keilmuan di internet bisa dipertanggungjawabkan, maka kita perlu mengenali ciri-ciri web yang kredibel dan bukan web abal-abal. Ini saya kira sangat penting sekali, agar kita tidak terjerumus ke lembah informasi dan ilmu pengetahuan yang abal-abal pula. Berikut saya sarikan beberapa tips untuk mengetahui kridibilitas sebuah web :

1.   Identitas pemilik atau pengelola web harus jelas. Hal ini sangat penting sekali, agar kita bisa mengetahui kredibelitas sebuah website. Biasanya penulis website perseorangan akan mencantumkan profilnya secara lengkap untuk menghilamgkan prasangka dari pembaca, sedang jika website dikelola lembaga kita perlu melihat atau mengecek kredibilitasnya.

2.   Website yang bertanggung jawab biasanya berbayar bukan gratisan, (Ups!!! Blog aku masih gratisan juga ding...:) ). Walau banyak pula web gratisan yang digunakan untuk hal kebaikan. Jadi tinggal kita pinter-pinternya mencari web yang bertanggung jawab.

3.   Periksa alamat awal web, apakah memakai HTTP ataukah HTTPS? HTTP kepanjangan dari Hypertext Transfer Protocol, sedangkang HTTPS adalah Hypertext Transfer Protocol Secure. Sekilas mungkin tidak ada beda antara HTTP dan HTTPS, namun huruf S dibelakang yang berasal dari kata Secure ini berfungsi mengacak semua lalu lintas data dengan enkripsi (Hehe..aku sendiri belum faham nih, mekanismenya). Memang untuk HTTPS tidak seratus persen mampu menjamin keamanan, tetapi yang pasti HTTPS lebih aman dari pada alamat yang HTTP.


Jumat, 14 Juli 2017

Besok Di Sini Akan Berdiri Pondok Besar!

Besok Di Sini Akan Berdiri Pondok Besar!
Oleh : Joyo Juwoto

KH. Misbah Zainil Mustafa Bangilan atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Bah, adalah seorang ulama yang alim, wira’i dan seorang Kiai yang insya Allah ma’rifatullah. Banyak kitab-kitab yang ditulis dan diterjemahkan oleh beliau ini, bahkan Mbah Bah juga menulis tafsir Al Qur’an 30 juz yang diberi nama kitab Al Iklil Fi Ma’ani at Tanzil. Di Bangilan sendiri tidak banyak ulama yang seperti beliau.

Dahulu saat Mbah Misbah menerjemahkan kitab-kitab klasik para ulama beliau dibantu oleh seorang santri lulusan Gontor, namanya Moehaimin Tamam. Selain menerjemahkan kitab tentu anak muda yang baru saja lulus dari pesantren di Ponorogo ini juga digunakan untuk nyantri dan menyerap ilmu dari Kiai Mbah Misbah. Sehingga tidak aneh jika suatu saat kelak, santri ini juga punya keinginan mendirikan pondok pesantren, sebagaimana Mbah Misbah juga mendirikan pondok sebagai media dakwah di tengah masyarakat.

Sebagai seorang yang alim dan arif billah tidak mengherankan jika dakwahnya Mbah Misbah di Bangilan khususnya di wilayah Karang Tengah Bangilan meninggalkan atsar pagi masyarakat. Hal ini terbukti bahwa ditempat mbah Misbah mendirikan pesantren, dulunya tempat itu masyarakatnya awam agama, dan jauh dari cahaya Islam. Seiring dengan perjalanan waktu, dengan penuh kesabaran, keihklasan dan keistiqamahan berdakwah, maka tempat yang dulunya belum mengenal Islam itu lama kelamaan diterangi dengan diinullah yaitu agama Islam.

Oleh karena itu jalan di sekitar pondoknya Mbah Bah disebut sebagai jalan Soponyono, karena siapa mengira tempat yang awalnya adalah tempat masyarakat awam agama, sekarang menjadi tempat yang dihuni oleh masyarakat santri, yang esok, siang, dan malam hari sibuk mengaji dan menderas kitab suci. Oleh karena itu jalan di dekat pondoknya mbah Misbah oleh masyarakat di sebut sebagai jalan Soponyono (Siapa menyangka).

Jika seorang hamba Allah telah diterangi cahaya Ilahi, maka nur ma’rifat ini yang akan menuntunnya dalam melangkah memperjuangkan agama Allah Swt, terbukti dengan kiprah mbah Kiai Misbah di Bangilan yag berhasil menyalakan obor hidayah di tengah gelap gulitanya masyarakat di mana beliau berdakwah.

Diantara tanda dari arif billahnya Mbah Misbah adalah sebuah dawuh ketika beliau ini sedang perjalanan Dan sampai di Jalan raya selatan Makam Kaji yang ada di dusun Punggur Desa Banjarworo Bangilan. Saat itu mbah Misbah bilang kepada santri yang nderekke beliau :

“Ngger! besok ning tanah kuwi bakal ngadek pondok pesantren sing gedhe!”
Dawuh mbah Misbah sambil mengarahkan jari telunjukknya ke arah lembah persawahan yang ada di selatan makam Kaji.

Santri yang nderekke mbah Misbah pun menyahut, “Nopo mboten teng tanah meniko, Yai?

Tanya santri kepada mbah Bah, sambil menunjukkan satu tanah yang agak  tinggi di sebelah timurnya lembah persawahan yang ditunjuk oleh Mbah Misbah.
Mbah Misbah hanya menjawab : “Ora...ora, sing siseh kono!”

Dawuhnya Mbah Bah ini diucapkan berkenaan dengan santri beliau yang membantu menerjemahkan kitab. Ya seorang santri yang saya ceritakan di awal tadi. Moehaimin Tamam bukanlah anak Kiai, beliau adalah putra Pak Badrut Tamam, seorang pedagang sukses di Bangilan. Hanya saja Pak Badrut Tamam ini sangat cinta dan hormat kepada Kiai. Hormat dan takdzimnya Pak Badrut Tamam inilah yang mungkin menjadi salah satu sebab anaknya kelak menjadi seorang Kiai dan akhirnya mendirikan pondok pesantren yang dikenal dengan nama Ponpes ASSALAM Bangilan Tuban.

Santri dari Gontor yang saya ceritakan tadi, yang juga Kiai saya, yaitu KH. Abd. Moehaimin Tamam, sebelum mendirikan pondok di Punggur, telah mendirikan Pondok Pesantren di Weden, kemudian pindah ke Bangilan. Dari Bangilan inilah pondok pesantren ASSALAM yang didirikan oleh KH. Abd. Moehaimin Tamam akhirnya melebarkan sayapnya mendirikan pondok pesantren ASSALAM putra, tepat di lokasi yang ditunjuk oleh jari ma’rifatullahnya Mbah Yai Misbah Zainil Mustofa. Wallahu a’lamu bis Showab.



Cahaya Ma’rifatullah

Google.com
Cahaya Ma’rifatullah
Oleh : Joyo Juwoto

Seorang yang arif billah atau seorang hamba yang telah mencapai derajad ma’rifatullah bukan orang yang serba tahu dan faham akan segala rahasia-rahasia dan isyarat dari Allah Swt. Ma’rifatulah sendiri sebenarnya adalah keadaan di mana seorang hamba mengenal Tuhannya dengan musyahadah Jamal dan Jalal-Nya dengan mukasyafah, tanpa perlu menggunakan dalil  dan alasan apapun, baik itu dalil yang bersifat Aqliyyah maupun dalil yang bersifat Nagliyyah.

Kadang seorang yang baru saja menempuh jalan suluk, menginginkan berbagai macam karomah yang menjadikan ia lebih peka terhadap sir ilahiyyah. Ada pula yang menempuh jalan menjadi seorang Salik agar ia memiliki kelebihan di atas rata-rata orang lain. Padahal menurut para ulama sholihin, bahwasanya untuk mencapai kedudukan arif billah itu bukan untuk tujuan dan maksud yang demikian. Oleh karena itu hendaknya kita berhati-hati dalam menempuh jalan ini.

Di dalam Kitab Al Hikamnya, Ibnu Athaillah As Sakandari memberikan gambaran atau ciri-ciri, bahwasanya diantara tanda-tanda dari orang yang berma’rifatullah adalah orang yang selalu membutuhkan Allah, selalu berhajat kepada Allah, selalu bersama Allah, di manapun dan kapanpun, dan perasaan itu selalu ada dan tak kunjung hilang menyelimuti batinnya.

Segala amal dan perbuatan seorang yang arif billah selalu digantungkan dan disandarkan kepada Allah Swt. Tak pernah sedikitpun hatinya berpaling dari wajah Allah, jiwanya tidak tergoda selain Allah Swt. Di manapun ia berada di situ wajah Allah dihadapnya. Dalam Surat Al Baqarah ayat 115 Allah berfirman yang artinya : “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.”

Seorang yang telah mencapai maqam Ma’rifatullah ini sangat mendalami dan memahami segala apa yang diikrarkannya saat membaca doa iftitaf di awal rakaat shalat sesudah takbiratul ihram :

Ø¥ِÙ†َّ صَلاَتِÙŠْ ÙˆَÙ†ُسُÙƒِÙŠْ ÙˆَÙ…َØ­ْÙŠَايَ ÙˆَÙ…َÙ…َاتِ Ù„ِلهِ رَبِّ الْعَالَÙ…ِÙŠْÙ†َ

Artinya : “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah karena Allah Tuhan seru sekalian alam”

Demikianlah orang yang arif billah hanya menginginkan Allah saja di dalam segala hal ihwal ibadahnya, kehidupannya bahkan hingga kematiannya. Seorang yang arif billah tidak tertarik pada segala sesuatu yang selain Allah Swt. Hanya Allah yang selalu bertahta di dalam hati sanubarinya. Hanya Allah-lah yang menarik seorang arif hingga ia merasa lebur di dalam nur-Nya, hilang eksistensinya karena fana diri fillah.




Kamis, 13 Juli 2017

Percik Cahaya Tuhan

Google.com
Percik Cahaya Tuhan
Oleh : Joyo Juwoto

اللَّÙ‡ُ Ù†ُورُ السَّÙ…َاوَاتِ
Artinya : “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.  (An Nur : 35)

Di dalam Al Qur’an surat An Nur ayat 35 dia atas dijelaskan bahwasanya Allah adalah (pemberi) cahaya langit dan bumi. Kelanjutan dari ayat itu masih cukup panjang, tetapi saya ingin membahas sedikit yang menyangkut titik point Allahu Nuurus Samaawat wal Ard, bahwasanya Allah Swt, adalah pemberi cahaya kepada langit dan bumi.

Dari sepenggal ayat Al Qur’an ini bisa kita tadabburi, bahwasanya Allah adalah cahaya bagi langit dan bumi. Pengertian cahaya ini bisa kita uraikan secara dhohir dan batin. Secara sederhana dan singkat, berikut uraian mengenai Allahu Nuurus Samaawat wal Ard.

Pengertian pemberi cahaya di sini secara dhohir bisa diartikan bahwasanya Allah-lah yang memberikan karunia kepada semesta raya dengan cahaya. Jika siang hari Allah mengirimkan sumber cahaya yaitu matahari dengan sinarnya yang menerangi bumi sepanjang waktu dan tiada pernah henti, jika malam hari Allah mengirimkan bulan dan bintang-bintang di langit yang senantiasa berpijar sepanjang malam, menemani kegelapan semesta.

Bisa kita bayangkan jika alam semesta ini tanpa penerangan, betapa kita akan kesulitan melihat warna-warni keindahan semesta raya yang telah diciptakan oleh Allah Swt untuk manusia. Yang ada hanya pekatnya malam yang menghitam, dan kelamnya hitam yang mencekam, kita tidak akan melihat apapun, karena semua adalah kegelapan.

Dengan karunia-Nya inilah Allah memberikan cahaya kepada langit dan bumi, agar manusia bisa melihat kebesaran dan keindahan jagad raya yang telah digelar di sepanjang mata kita memandang. Hijaunya rumput dan dedaunan, mekarnya bunga yang berwarna-warni, birunya laut yang menghampar, indahnya gunung-gunung yang kokoh terpancang di atas bumi adalah karunia tak terhingga dari sepercik cahaya Tuhan yang dianugerahkan kepada umat manusia di muka bumi ini.

Secara batiniyyah, makna dari ayat Allahu Nuurus Samaawat wal Ard, adalah Allah sebagai pemberi petunjuk akan jalan kebenaran kepada manusia. Jalan yang terang benderang, yaitu agama Islam. Melalui cahaya Al Qur’an yang dibawa oleh Malaikat Jibril dan disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw, melalui seorang Rasul inilah, Allah mengirimkan manual book bagi wakil-wakilnya yang ada di dunia.

Selain cahaya Al Qur’an yang menjadi percik cahaya Tuhan, bahwasanya Nabi Muhammad Saw sendiri adalah Nur, atau cahaya. Para ulama sufi sering menyebutnya sebagai Nur Muhammad. Dalam dunia tasawuf Nur Muhammad ini dianggap sebagai asal muasal dari segala ciptaan Tuhan di seluruh jagad raya.

Manusia sebagai khalifatullah yang diberi tugas untuk menjalankan misi ilahiyyah, menyampaikan apa yang menjadi pesan langit untuk penduduk bumi, agar tidak sesat dalam kegelapan, maka hendaknya manusia berusaha mengakses dua sumber cahaya Tuhan ini, yaitu Al Qur’an dan Nur Muhammad.

 Jadi secara batiniyyah cahaya Allah yang berupa Al Qur’an dan Nur Muhamad ini harus selalu kita nyalakan di dalam dada dan batin kita, agar kita senantiasa bermandikan cahaya Tuhan. Wallahu a’lamu bis showab.


Minggu, 09 Juli 2017

Jomblo Tetap Happy

Jomblo Tetap Happy
Oleh : Joyo Juwoto


Jomblo bukanlah sebuah kutukan,  jadi tak perlu risau dengan status yang mungkin anda sandang saat ini. Lazimnya status-status yang lain , jomblo tetaplah status yang tidak perlu kita sembunyikan,  katakan jomblo kalau memang iya, tak perlu malu,  dan jangan lupa bahagia dengan kejombloan Anda.

Ingin bukti bahwa menjadi jomblo tidak perlu bersembunyi dari sinar matahari?  Datanglah ke Polsek Bangilan,  di depannya itu ada satu warung bakso,  namanya Warung bakso jomblo happy.  Iya kan,  benerkan, jomblo bukan kutukan?  Tapi jomblo justru bisa menjadi peluang.

Saya sih yakin,  bahkan haqqul yakin pemilik warung bakso ini seorang jomblo yang beruntung.  Jomblo memang pejuang yang ulet,  coba kamu tentu pernah baca buku yang judulnya jomblo revolusioner,  karya seorang jomblo dari Tuban yang ngetop pula. Ah,  ini tentu meneguhkan alasan untuk bilang jangan takut menjadi jomblo,  dengan catatan bukan jomblo permanen abadan abada tentunya.

Ngomong-ngomong tentang bakso jomblo kayaknya asyik deh!  Di situ tu ente-ente akan mendapatkan menu sajian yang super keren.  Ingat hanya pakar jomblo yang bisa membuat dan menyajikannya dengan sempurna.  Mau coba! Sana buruan!!!

Eh,  tak kasih bocoran dulu ya,  biar pas ke sana,  agan-agan tidak ketawa mati kepingkel-pingkel.  Menunya tu keren-keren banget.  Haha... Pokoknya super deh,  dan yang pastinya harganya tidak membuat kantong jadi ompong.  Serius,  dah mendingan segera otewe ke sana.
Eh,  bentar!  Ni menunya :

1. Bakso Patah Hati
2. Bakso Jatuh Hati
3. Bakso Jomblo Happy
4. Bakso Selalu Salah di Matamu
5. Bakso Senja Berkabut
6. Bakso Mangkok


Wuihh!!!  Mantap keren bekenkan!!!  Ayo buruan ajak shohib-shohibmu semua ya!!!