Jumat, 14 Juli 2017

Cahaya Ma’rifatullah

Google.com
Cahaya Ma’rifatullah
Oleh : Joyo Juwoto

Seorang yang arif billah atau seorang hamba yang telah mencapai derajad ma’rifatullah bukan orang yang serba tahu dan faham akan segala rahasia-rahasia dan isyarat dari Allah Swt. Ma’rifatulah sendiri sebenarnya adalah keadaan di mana seorang hamba mengenal Tuhannya dengan musyahadah Jamal dan Jalal-Nya dengan mukasyafah, tanpa perlu menggunakan dalil  dan alasan apapun, baik itu dalil yang bersifat Aqliyyah maupun dalil yang bersifat Nagliyyah.

Kadang seorang yang baru saja menempuh jalan suluk, menginginkan berbagai macam karomah yang menjadikan ia lebih peka terhadap sir ilahiyyah. Ada pula yang menempuh jalan menjadi seorang Salik agar ia memiliki kelebihan di atas rata-rata orang lain. Padahal menurut para ulama sholihin, bahwasanya untuk mencapai kedudukan arif billah itu bukan untuk tujuan dan maksud yang demikian. Oleh karena itu hendaknya kita berhati-hati dalam menempuh jalan ini.

Di dalam Kitab Al Hikamnya, Ibnu Athaillah As Sakandari memberikan gambaran atau ciri-ciri, bahwasanya diantara tanda-tanda dari orang yang berma’rifatullah adalah orang yang selalu membutuhkan Allah, selalu berhajat kepada Allah, selalu bersama Allah, di manapun dan kapanpun, dan perasaan itu selalu ada dan tak kunjung hilang menyelimuti batinnya.

Segala amal dan perbuatan seorang yang arif billah selalu digantungkan dan disandarkan kepada Allah Swt. Tak pernah sedikitpun hatinya berpaling dari wajah Allah, jiwanya tidak tergoda selain Allah Swt. Di manapun ia berada di situ wajah Allah dihadapnya. Dalam Surat Al Baqarah ayat 115 Allah berfirman yang artinya : “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.”

Seorang yang telah mencapai maqam Ma’rifatullah ini sangat mendalami dan memahami segala apa yang diikrarkannya saat membaca doa iftitaf di awal rakaat shalat sesudah takbiratul ihram :

إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Artinya : “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah karena Allah Tuhan seru sekalian alam”

Demikianlah orang yang arif billah hanya menginginkan Allah saja di dalam segala hal ihwal ibadahnya, kehidupannya bahkan hingga kematiannya. Seorang yang arif billah tidak tertarik pada segala sesuatu yang selain Allah Swt. Hanya Allah yang selalu bertahta di dalam hati sanubarinya. Hanya Allah-lah yang menarik seorang arif hingga ia merasa lebur di dalam nur-Nya, hilang eksistensinya karena fana diri fillah.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar