Minggu, 08 Oktober 2017

Persembahan Cinta Negeri Dari Santri Untuk Indonesia

Persembahan Cinta Negeri Dari Santri Untuk Indonesia
Oleh : Joyo Juwoto

Paham kebangsaan dalam bahasa arabnya disebut al-wathaniyyah, sedang cinta tanah air bahasa arabnya hubb al-wathan. Tanah air menurut Sayyid Muhammad adalah tanah di mana kita lahir dan  tumbuh berkembang di sana, memanfaatkan tumbuhan dan binatang ternaknya, mencecap air dan udaranya, tinggal di atas tanah dan di bawah kolong langitnya, serta menikmati berbagai hasil bumi dan lautnya sepanjang masa.
Sepanjang yang saya ketahui belum ada dalil shorih dari al-hadits ataupun dalil dari al-Qur’an yang melarang paham al-wathaniyyah, ataupun hubb al-wathan. Sebagai orang yang tinggal di bumi pertiwi ini tentu wajib hukumnya mencintai negeri yang kita tempati, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt.
Di dalam hadits memang ada dalil yang melarang ashabiyyah, namun ashabiyyah atau fanatisme tentu beda dengan al-wathaniyyah. Jika kita cermati di dalam Al Qur’an justru ada dalil cinta tanah air. Nabi Ibrahim mendoakan negeri yang ditempatinya menjadi negeri yang aman sentausa dan penduduknya diliputi rezeki yang barakah sebagai wujud hubb al-wathannya Nabi Ibrahim kepada negeri yang baru saja dibukanya.
Di dalam Al Qur’an surat al Baqarah ayat 126 Allah Swt, berfirman :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (١٢٦)
126. dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali".
          Dari ayat di atas jelas sekali bahwa Nabi Ibrahim sangat mencintai negeri di mana ia dan keluarganya bertempat tinggal. Doa Nabi Ibrahim yang diabadikan di dalam Al Qur’an menjadi bukti bahwa beliau sangat mencintai negerinya. Dan saya kira doa ini wajib dibaca oleh semua orang yang menginginkan negeri ini aman, damai, sejahtera, dan masyarakatnya mendapatkan keberlimpahan rezeki dan barakah dari Allah Swt.
Rasulullah Saw, sendiri pun menyerukan untuk menjaga negeri di mana beliau tinggal. Konsep Negara Madinah adalah gambaran konkret hasil konsensus dengan banyak pihak, agar selalu dijaga ketentramannya dan dibela serta dipertahankan kedaulatannya dari serangan pihak yang tidak suka kedamaian negeri Madinah.
Oleh karena itu, jika berbicara tentang pengabdian kepada tanah air, cinta negeri, santri tentu berada di garis depan dan menjadi corong utama yang menyerukan untuk cinta tanah air. Hal ini semenjak dahulu sudah dicontohkan oleh Ulama-ulama yang berjuang dengan penuh keikhlasan demi membela kedaulatan tanah air dari rongrongan kaum penjajah.
Nasionalisme dan kecintaan para santri kepada bangsa dan negara bukanlah nasionalisme sempit, buta dan tanpa arah. Nasionalisme santri sebagaimana yang dikatakan oleh KH. Agus Salim adalah nasionalisme yang sejalan dengan ajaran Islam, nasionalisme yang berdasarkan nilai-nilai ketauhidan, bukan fanatisme semata. Nasionalisme yang berdasarkan niat lillahi ta’ala, bukan nasionalisme kebangsaan sebagai berhala dan tempat menyembah.
Singkat kata nasionalisme adalah harga mati yang harus dijaga dan diperjuangkan bersama demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaimana yang dikatakan oleh The Grand Old Man” negeri ini,:
“Ia, nationalisme kita, jang oleh biroe-biroenja goenoeng, oleh molek-moleknja ladang, oleh segarnja air jang sehari-hari kita minoem, oleh njamannja nasi jang sehari-hari kita makan, mendjoendjoeng tanah air Indonesia dimana kita akan mati itoe mendjadi Iboe kita jang haroes kita abdi dan haroes kita hambai.” (KH Agus Salim).

*Joyo Juwoto, Santri Ponpes ASSALAM Bangilan Tuban Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar