Budaya


Kesenian Kentrung Yang Langka 


Seni tradisi, Kentrung Bate asal Desa Bate, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban, nyaris punah. Pasalnya, seni yang sarat makna siar kebajikan ini kesulitan mencari generasi penerus. Kentrung Bate yang semula dipopulerkan Kiai Basiman di era zaman penjajahan Belanda tahun 1930-an, masih tersisa tiga orang yang berusia lanjut. Mereka yakni, Mbah Surati (90) sebagai Dalang Kentrung Bate, Mbah Setri (86) penabuh timlung (kentheng) dan Mbah Samijo (88) sebagai penabuh terbang besar (rebana). "Saya tidak tahu siapa yang akan meneruskan
ngentrung. Anak-anak sekarang malu melakoni seni kentrung," kata Mbah Surati saat ditemui di rumahnya Desa Bate, Kecamatan Bangilan, Tuban .

Mbah Rati, panggilan perempuan yang penglihatannya sudah buta ini mengaku kesulitan mencari pemain pengganti. Dalam perhelatan seni tradisional bernuansa magis, hanya dimainkan tiga personel. Dirinya pun selain dalang kentrung, juga merangkap sebagai penabuh kendang.

Sementara Mbah Setri dan Mbah Samijo, memegang perangkat irama, sekaligus bertindak sebagai penembang. Praktis tiga pelakon seni yang banyak ditanggap karena nadzar warga masyarakat itu berperan ganda. Sebagai penabuh gamelan dan pelantun syair-syair sarat pesan moral.

Saat digelar perhelatan di rumah Mbah Rati, dalam rangka nadzar meminta turun hujan, puluhan warga Desa Bate, baik anak-anak dan orangtua memadati pelataran rumah papan sederhana tanpa plester. Mereka khusuk mengikuti irama tetabuhan kentrung, sekaligus menyimak bait demi bait syair yang dilantunkan Mbah Rati.

Bersamaan itu, 12 pelaku seni kontemporer dari Komunitas Soh dari Desa Sukorejo, Kecamatan Parengan, turut hadir mengikuti perhelatan di tepi tegalan kering. Mereka terlibat ikut meramu irama dengan perangkat rebana.

"Kita membantu Kentrung untuk persiapan festival Kesenian Pantai Utara yang akan digelar di Probolinggo minggu ini," kata Eko Kasmo dari Komunitas Soh saat di lokasi.

Tak hanya Mbah Rati, Mbah Wiji, suami Mbah Rati juga mengaku kesulitan mencari penerus seni kentrung. "Anak cucu saya tidak ada yang mau menggantikan pemain kentrung. Mereka malu melakoni seni tradisional. Tapi mereka justru tak malu kalau disuruh nembang dangdut," kata Mbah Setri yang terhitung masih saudara sepupu Mbah Rati.

http://liburan.info/content/view/759/43/lang,indonesian/